Usai The Merge, Kenapa Harga Ethereum Malah Melorot?

Pasar aset kripto masih dibayangi sentimen makro.

Usai The Merge, Kenapa Harga Ethereum Malah Melorot?
Ilustrasi mata uang kripto. (Pixabay/amhnasim)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Nilai Ethereum tercatat melorot bahkan setelah proses pembaruan jaringan atau The Merge. Pasar aset kripto secara keseluruhan pun masih dalam fase kontraksi akibat sejumlah sentimen.

Menengok data dari CoinMarketCap, Jumat (16/9) pukul 10:00 WIB, nilai aset kripto berkode ETH ini anjlok 8,92 persen dalam 24 jam terakhir ke posisi US$1.467. Sedangkan, jika dibandingkan pekan lalu, penurunannya lebih tajam lagi mencapai 10,62 persen.

Menurut Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, tak sedikit investor yang merasa khawatir untuk tertinggal (fear of missing out/FOMO) terhadap migrasi jaringan Ethereum. Akibatnya, mereka melakukan akumulasi ETH secara besar-besaran.

Meski demikian, pada saat The Merge sukses, diduga para whales atau bandar mulai melakukan aksi jual aset kripto tersebut.

"Hal ini dikarenakan aksi dari market yang dikenal buy the rumor sell the news yang artinya membeli saat rumor dan menjual saat kejadian,” kata Afid dalam rilis resmi kepada media. Menurutnya, sama halnya dengan pasar saham, pergerakan market aset kripto turut dipengaruhi oleh kehadiran para big money.

Dia memperkirakan harga Ethereum takkan naik seketika, serta butuh proses yang lama lama. Itu terjadi meskipun fundamental ETH sudah sangat baik di konsensus proo-of-stake (PoS).

Di sisi lain, migrasi jaringan Ethereum disinyalir hanya mengubah keseluruhan algoritma consensus, dan tidak memperluas kapasitas jaringan.

"The Merge belum akan berpengaruh tinggi pada kenaikan harga ETH dan pasar secara keseluruhan. Sama halnya soal gas fees NFT di jaringan Ethereum tidak akan turun signifikan,” ujarnya.

Masih Bearish

Ilustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova

Pasar aset kripto secara umum masih dalam siklus turun (bearish) karena sentimen ekonomi, kata Afid. Situasi makroekonomi yang tak kondusif berdampak negatif terhadap aset yang berisiko termasuk kripto.

Lagi-lagi mengutip CoinMarketCap, nilai Bitcoin turun 0,17 persen dalam sehari menjadi US$19.752. Sejumlah koin alternatif juga terjebak dalam zona merah, seperti BNB, XRP, Solana, dan Dogecoin.

Dia menyebutkan sejumlah indikator ekonomi yang menjadi sentimen negatif bagi pasar. Sebut misal, data inflasi Amerika Serikat yang masih tinggi. Belum lagi, Bank Sentral AS akan segera mengumumkan keputusan suku bunga acuannya pada hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 21 September mendatang.

"Hal itu tentu akan menghantam kinerja pasar aset kripto. Di samping itu, indeks dolar AS juga langsung menguat, sehingga investor mulai meninggalkan pasar, dan menghentikan akumulasi,” kata Afid.

Menurut analisis Tokocrypto, Bitcoin saat ini berada di level support US$19.156. Jika terjadi breakdown, maka akan melanjutkan penurunan hingga harga kisaran US$18.000.

Sedangkan, level resistance Ethereum tertinggi berada pada US$1.655, support pada US$1.428. Lalu, apabila terjadi breakdown, kemungkinan harga ETH akan kembali turun dengan target ke harga US$1.356.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi