IMF Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global di bawah 6%

Utang Global Capai 100% PDB Dunia

IMF Perkirakan  Pertumbuhan Ekonomi Global di bawah 6%
Ilustrasi IMF/DCStockPhotography /Shutterstock
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional memangkas pertumbuhan ekonomi global di 2021 akan di bawah 6 persen. Perkiraan tersebut turun sedikit dari perkiraan sebelumnya di Juli 2021. 

Ketua IMF Kristalina Georgieva mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab turunnya proyeksi di antaranya utang global, inflasi hingga kondisi vaksinasi saat pandemi covid-19. 

Dalam pidato virtual Georgieva yang dikutip Antara, dirinya menyebut sebagian besar negara berkembang akan membutuhkan waktu bertahun-tahun agar ekonominya pulih dari pandemi Covid-19. 

“Kami menghadapi pemulihan global yang tetap 'tertatih-tatih' oleh pandemi dan dampaknya. Kami tidak dapat berjalan ke depan dengan benar. Ini seperti berjalan dengan batu di sepatu kami,” kata Georgieva mengutip Antara, Rabu (6/10). 

Utang global capai 100% PDB dunia

Dalam pidatonya, IMF juga mengungkap tingkat utang global saat ini telah mencapai 100% dari produk domestik bruto (PDB) dunia. Oleh karena itu, IMF menyebut terdapat beberapa negara berkembang yang diperkirakan bakal sulit mendapatkan utang baru. 

Dengan demikian Georgieva juga menekankan pentingnya bagi seluruh negara untuk membereskan utangnya. Dirinya menambahkan, meningkatnya tingkat utang di Eropa akan berdampak pada kuatnya negara menghadapi krisis seperti yang dihadapi oleh Yunani setelah krisis keuangan global 2007-2008. 

Tekanan inflasi

Dari sisi tekanan inflasi, IMF memperkirakan baru akan mereda di sebagian besar negara pada 2022. Dirinya juga memperingatkan bahwa peningkatan ekspektasi inflasi yang berkelanjutan dapat menyebabkan kenaikan suku bunga yang cepat dan kondisi keuangan lebih ketat. 

“Utang yang tinggi, melonjaknya harga pangan dan kurangnya vaksin adalah ancaman terbesar yang dihadapi negara-negara berkembang,” kata Eric LeCompte, Direktur Eksekutif Jubilee USA Network. 

Vaksinasi saat pandemi

Berdasarkan data Our World in Data di University of Oxford, saat ini sekitar 46 persen masyarakat di seluruh dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Angka tersebut hanya 2,3 persen untuk orang-orang di negara-negara berpenghasilan rendah. 

Pihaknya juga mendesak negara-negara kaya untuk meningkatkan pengiriman vaksin Covid-19 ke negara-negara berkembang serta menghapus pembatasan perdagangan. Dirinya juga mengimbau untuk menutup kesenjangan US$20 miliar dalam dana hibah yang dibutuhkan untuk pengujian, penelusuran, dan terapi Covid-19.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Saat Harga Turun, Edwin Soeryadjaya Borong Saham SRTG Lagi
Lampaui Ekspektasi, Pendapatan Coinbase Naik Hingga US$1,6 Miliar
Mengenal Apa Itu UMA pada Saham dan Cara Menghadapinya