Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia terhadap Inflasi Kecil

Sepanjang tahun ini, inflasi diperkirakan capai 1,5%. 

Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia terhadap Inflasi Kecil
Ilustrasi DBS/DOK Perusahaan
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - DBS Bank Group memproyeksikan inflasi di Indonesia tidak begitu berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak dunia. Sebab, harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih tetap rendah.

Seperti diketahui, seperti dikutip Antara, Selasa (2/11), minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat untuk pengiriman Desember naik 0,6 persen ke level US$84,05 per barel. Sementara minyak Brent naik 1,1 persen ke US$84,71 per barel. 

Namun demikian, Ekonom Senior DBS Group Radhika Rao menyatakan, dampak dari harga minyak perlu diwaspadai Indonesia karena sebagai importir bersih minyak. 

"Kenaikan harga global memberikan kesempatan bagi produsen lokal untuk  meningkatkan produksi, meningkatkan pendapatan, keuntungan, dan berarti pengumpulan pendapatan lebih tinggi," kata Radhika melalui keterangan resmi yang diterima Fortune Indonesia di Jakarta, Senin (1/11). 

Dirinya juga menyebut, peningkatan harga komoditas non-minyak seperti batubara dan kelapa sawit bakal menguntungkan bagi perdagangan dan pendapatan fiskal Indonesia.
 

Faktor pendorong stabilnya inflasi

Dirinya menambahkan, ada beberapa faktor yang membuat inflasi di Indonesia stabil meski harga minyak global naik. Di antaranya ialah  tarif listrik yang tetap stabil dan penyesuaian triwulanan yang tertunda untuk pelanggan menengah/besar. 

Selain itu, stabilnya harga bahan bakar kelas rendah bersubsidi juga mendorong stabilitas inflasi. Sebagai contoh, harga RON88-90-92  tidak berubah sejak awal tahun 2020 dan selama pandemi 

Inflasi RI di 2021 diperkirakan capai 1,5%

Dengan mempertimbangkan dampak terbatas inflasi, DBS Bank memproyeksikan inflasi 2021 pada 1,5 persen (yoy). Dan bisa  naik ke revisi 2,5 persen pada tahun 2022 karena unsur basis tetapi masih di titik rendah dari kisaran target Bank Indonesia (BI). 

"Mengingat dampak kecil terhadap inflasi dalam waktu dekat, kami mempertahankan imbauan kami agar BI  melanjutkan penundaan penyesuaian kebijakannya, sementara perhitungan fiskal lebih kuat membatasi imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun," ungkapnya. 

Sebelumnya, BIberkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi 2021 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0 persen ± 1 persen.

Hingga Oktober 2021, inflasi tahunan capai 1,66%

Badan Pusat Statistis (BPS) mencatat, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Oktober 2021 mengalami inflasi 0,12 persen (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi 0,04 persen (mtm).  

Sementara itu, secara tahunan inflasi IHK Oktober 2021 tercatat 1,66 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,60 persen (yoy).  

Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered prices, di tengah penurunan inflasi kelompok inti.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia