Charoen Pokphand Siapkan Capex Rp2,5 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Lalu, seperti apa prospek emiten perunggasan?

Charoen Pokphand Siapkan Capex Rp2,5 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?
ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Emiten perunggasan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp2,5 triliun pada 2022. Bagaimana alokasi penggunaannya?

Sedikit catatan, capex CPIN 2022 menurun jika dibandingkan capex pada 2021, yakni sebesar Rp3,1 triliun. Dananya sendiri berasal dari internal perseroan.

Menurut Presiden Direktur CPIN, Tjiu Thomas Effendy, setengah dari capex bakal dimanfaatkan guna meningkatkan kemampuan pengolahan produksi. Sementara itu, 30 persen dialokasikan untuk feedmill dan 20 persen dikucurkan untuk peternakan.

“Karena sekarang, baik kapasitas feedmill maupun perunggasan relatif masih aman. Yang harus kami kejar saat ini, kapasitas pemotongan ayam dan pemrosesan makanan siap saji,” jelasnya melalui paparan publik, dikutip Selasa (24/5).

Strategi CPIN mendongkrak produksi

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.

Untuk mendongkrak kemampuan produksi, CPIN fokus meningkatkan RPHU sejak 2021. Mengacu pada target, pendirian 11 RPHU baru itu akan selesai per Juli 2022.

Selain itu, CPIN pun melakukan ekspansi ritel dan kerja sama. Tujuannya satu: melebarkan pemasaran produknya.

Berbekal dua cara itu, perseroan yakin dapat meneruskan performa yang baik. Untuk lini bisnis pakan ternak dan peternakan unggas saja, CPIN membidik pertumbuhan pendapatan tahunan 10 persen.

Ambisi pertumbuhan pendapatan CPIN lebih besar untuk segmen penjualan ayam potong, yakni 15 persen. Bahkan, perseroan membidik target kenaikan pendapatan 20 persen di segmen produk olahan unggas, loh. “Untuk laba bersih pun kami optimis, kami targetkan dapat bertumbuh 30 persen dibanding tahun lalu,” tambah Thomas.

Prospek sektor perunggasan: lonjakan harga bak pedang bermata dua

Telur ayam ras. (Pixabay/EmAji)

Analis Mirae Asset Sekuritas, Emma A. Fauni melihat lonjakan harga ayam sebagai pedang bermata dua. Fenomena itu bisa mendongkrak kinerja pendapatan emiten, tetapi juga akan mengerek inflasi di Indonesia.

Ia menilai, regulator dilema untuk memilih dua opsi, yakni: (1) mendukung harga komoditas unggas agar tetap menguntungkan peternak atau (2) membiarkan harga melemah demi meredam sebagian inflasi.

“Kami percaya yang terakhir lebih penting untuk diprioritaskan guna menjaga daya beli konsumen domestik serta nilai tukar domestik di tengah suku bunga global yang meningkat,” jelasnya dalam riset.

Menanggapi itu, CPIN masih tetap optimis bisa mewujudkan kinerja sesuai target tahun ini. Sebab, mmenurutnya, perseroan telah berhadapan dengan fluktuasi harga komoditas unggas berpuluh-puluh tahun lamanya.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Cara Cek Sertifikat Tanah secara Online, Tak Usah Pergi ke BPN
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pabrik BATA Purwakarta Tutup, Asosiasi: Pasar Domestik Menantang