The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga 75 Bps, Dolar Pangkas Kenaikan

Sebelumnya, para pedagang prediksi suku bunga naik 100 bps.

The Fed Beri Sinyal Naikkan Suku Bunga 75 Bps, Dolar Pangkas Kenaikan
The Federal Reserve ( FED ) to control interest rates. (Shutterstock/Pla2na)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dolar mendekati level tertinggi hampir dua dekade terakhir per Jumat (15/7) WIB, setelah semalam tergelincir. Penurunan itu terjadi setelah pejabat The Fed secara implisit menyatakan lebih menyukai kenaikan suku bunga di bawah 100 basis poin, mengurangi langkah kenaikan yang lebih agresif seperti ekspektasi investor. 

Sebelumnya, para pedagang memprediksi The Fed akan meningkatkan suku bunga 100 basis poin pada pertemuan 26–27 Juli 2022 merespons inflasi Amerika Serikat (AS) pada Juni 2022 meroket ke rekor tertinggi sepanjang 40 tahun—sebesar 9,1 persen.

Tapi, ekspektasi itu menurun setelah Gubernur The Fed Christopher Waller dan Presiden The Fed St. Loius James Bullard mendukung kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin, sebagaimana dilansir dari Channel News Asia.

Namun, jika data terbaru menunjukkan permintaan tak melambat secara signifikan—guna menekan inflasi—maka kenaikannya bisa lebih tinggi.

Melansir Antara, indeks dolar hari ini naik 0,22 persen di 108,50—pascanaik ke 109,29 atau titik tertinggi dari September 2022.

Tak ada alasan tingkatkan suku bunga di bawah 75 bps

Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/7), Presiden The Fed Cleveland Loretta Mester enggan membocorkan langkah pada akhir bulan Juli. Namun, menurutnya, tak ada alasan untuk meningkatkan suku bunga di bawah 75 basis poin, seperti yang disampaikan pembuat kebijakan bulan lalu.

“Kami di The Fed harus sangat berhati-hati dan melanjutkan jalur meningkatkan suku bunga, hingga kami memperoleh bukti yang meyakinkan bahwa inflasi telah berbalik arah,” jelasnya.

The Fed memilih bersikap agresif melawan inflasi, setelah disalahkan atas respons lambatnya di tahap awal, sehingga pasar keuangan terguncang dan membuat Amerika Serikat (AS) terancam mengalami resesi ekonomi.

Ekonom Anna Wong dan Andrew Husby mengatakan, kenaikan inflasi AS per Juni lalu semakin memperbesar peluang kenaikan suku bunga di atas 75 basis poin ke depannya. Begitu pula dengan Aichi Amemiya dari Nomura Securities.

“Data yang masuk menunjukkan masalah inflasi telah memburuk. Kami harap pembuat kebijakan bereaksi dengan meningkatkan laju kenaikan suku bunga untuk memperkuat kredibilitasnya,” katanya dalam sebuah memo.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M