IHSG Kebakaran karena Volatilitas Tinggi, Penyebabnya?

IHSG hari ini (10/1) bertahan di zona merah seharian.

IHSG Kebakaran karena Volatilitas Tinggi, Penyebabnya?
Ilustrasi laju IHSG. (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memerah sepanjang perdagangan Selasa (10/1), sering dengan aksi investor mengambil untung akibat proyeksi perlambatan pertumbuhan pendapatan.

Menurut Head of Research Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, secara fundamental, kondisi makro ekonomi Indonesia tak terlalu buruk. Tapi, memang sedang terjadi rotasi ke indeks dengan valuasi lebih murah dari Indonesia, seperti Singapura, Vietnam, dan Cina–termasuk Hang Seng.

“[Rotasi] ini terjadi karena mereka [Cina] masuk fase pembukaan kembali, yang sudah kita alami pada 2021 dan 2022,” katanya di konferensi pers di Menara Mandiri, Selasa (10/1).

Adapun, data Mandiri Sekuritas menunjukkan IHSG memulai perdagangan 2023 dengan rasio price to earning (PE) 14,2 kali. Sementara itu, rasio PE Cina lebih murah, yakni 11,3 kal (CSI300). Begitu pula dengan Malaysia KLCI (13,0 kali), Filipina PSEI (13,2 kali), Vietnam VN (9,4 kali), Singapura STI (10,7 kali), dan Hang Seng Hong Kong (9,6 kali).

IHSG kebakaran dan aliran modal asing yang keluar dari Indonesia

ilustrasi candlestick (pexels.com/AlphaTradeZone)

Pada Selasa ini, IHSG terkoreksi hampir 1 persen ke level 6.622,5. Setelah bergerak di kisaran 6.570,2 sampai dengan 6.690,2. Dalam sepekan terakhir, IHSG sudah terkoreksi 3,9 persen.

“Indeks tertekan 2 pekan terakhir karena Cina valuasiya lebih murah,” ujarnya. “Karena terjadi di awal tahun, mungkin likuiditas pasarnya lagi tipis, jadi [IHSG] turunnya cepat.”

Indo Premier mengatakan, tekanan pada IHSG terjadi akibat sentimen negatif dari pelemahan indeks di Bursa Wall Street menjelang pidato Jerome Powell dan data inflasi. Ditambah lagi, saham-saham perbankan berkapitalisasi besar yang terkoreksi turut menekan pasar saham domestik.

Sebut saja saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang menurun 3,5 persen, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang tertekan 3,3 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang turun 3,1 persen.

Adapun, laporan HSBC Holdings Plc menyebut, dana-dana Asia telah mulai menarik modalnya dari ekuitas Indonesia dan beralih ke pasar seperti Hong Kong dan Taiwan sejak awal November. Mengutip Bloomberg, total saham Indonesia yang investor asing jual sejak November 2017 mencapai US$1,3 miliar.

Pada 2023, Mandiri Sekuritas memproyeksikan IHSG bisa mencapai level 7.510 pada skenario dasar, 6.340 pada skenario bear, dan 7.820 pada skenario bull.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

IDN Media Channels

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M