Luhut Mau Moratorium Pabrik RKEF Nikel, Ini Dampaknya ke Emiten

Apa wacana moratorium RKEF nikel berdampak positif?

Luhut Mau Moratorium Pabrik RKEF Nikel, Ini Dampaknya ke Emiten
Ilustrasi lokasi pertambangan dan pengolahan nikel/Dok. PT Vale Indonesia
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) tengah menggodok aturan moratorium investasi baru pada pembangunan pabrik RKEF yang menjadi lini hilir pengolahan bijih nikel kadar tinggi atau saprolite.

Pengolahan dengan teknologi RKEF ini pada umumnya menghasilkan produk olahan nikel berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.

Harapannya, aturan itu bakal diiringi oleh penyesuaian koreksi harga patokan nikel berkadar tinggi (saprolit) dan terjadi peralihan konsumsi bahan baku untuk pabrik pengolahan nikel berkadar rendah (limonit).

Kebijakan ini diperkirakan akan berdampak pada emiten di sektor terkait. Salah satunya, sektor energi, terutama penambangan mineral. Selain itu, kebijakan tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan investasi di bidang teknologi hidrometalurgi (HPAL).

“Jika terealisasi, ini jadi hal positif bagi produsen nikel Indonesia, karena memungkinkan monetisasi bijih nikel yang optimal karena sebelumnya limonit dianggap sebagai overburden,” jelas Tim Analis BNI Sekuritas Indonesia, Aurelia Barus, Indrawan Sitorus, dan Halima Yefany dalam riset.

Prospek para emiten penambangan mineral

Nickel Mining in Morowali. Shutterstock_Eri Saferi

Ditambah lagi, wacana itu juga berpotensi memperpanjang usia tambang nikel Indonesia. Sebab, cadangan saprolit terbatas, hanya tujuh sampai dengan 10 tahun.

Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) memproyeksikan permintaan nikel saprolit pada tahun ini bisa menyentuh 140 juta ton, bahkan mencapai 400 juta ton per tahun pada 2026.

Kemudian, pemerintah pun tengah berpikir untuk mendirikan kartel seperti OPEC, khusus untuk bahan baku rantai pasok kendaraan listrik, seperti nikel dan logam baterai utama lainnya. Diskusi mengenai hal ini masih berjalan dengan sejumlah pihak, seperti Australia dan Kanada.

Aurelia dan tim mengatakan, “Jika kartel terwujud, maka itu hal positif bagi prospek jangka panjang pertambangan mineral, karena memastikan prospek harga yang lebih stabil.”

Meski begitu, kesepakatan tersebut bisa saja terhambat sejumlah tantangan. Terutama dari negara pengguna. Dengan adanya faktor-faktor tersebut, BNI Sekuritas menetapkan ANTM sebagai saham pilihannya di sektor pertambangan mineral. Sementara itu, untuk INCO dan MDKA, mereka akan meninjau kembali titik masuk yang lebih menarik.

Analis juga memperhatikan risiko naik-turun harga saham emiten pertambangan mineral dari segi dinamika harga dan volume. Apakah lebih baik atau lebih buruk dari perkiraan.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

IDN Media Channels

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
UOB Sediakan Kartu Kredit Khusus Wanita, Miliki Nasabah 70 ribu
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Survei BI: Tren Harga Rumah Tapak Masih Naik di Awal 2024
Saksi Sidang Kasus Korupsi Tol MBZ Sebut Mutu Beton Tak Sesuai SNI