Menilik Prospek Sektor Pertambangan Logam di Semester II 2022

Prospek pertambangan logam dinilai menarik di paruh kedua 20

Menilik Prospek Sektor Pertambangan Logam di Semester II 2022
Shutterstock/Evgeny Haritonov
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kinerja perusahaan sektor pertambangan logam dinilai memiliki prospek menarik pada semester kedua 2022. Hal ini disokong oleh permintaan nikel yang masih menjanjikan di masa depan.

Analis Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap menyoroti tiga katalis pendukung, yakni: potensi permintaan kuat dari industri baja nirkarat, penurunan terbatas menuju resesi Amerika Serikat (AS), dan potensi permintaan yang besar dari sektor kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

Ditambah lagi, setelah penerapan larangan ekspor bijih nikel pada 2014, industri nikel Indonesia telah berkembang pesat. Sebab, para penambang nikel didorong berinvestasi di sektor pengolahan bernilai tambah.

Berkat ekspansi itu, pemerintah memproyeksikan produksi nikel bakal mencapai 2,6 juta ton pada 2022, naik 12,5 persen (YoY), secara khusus produk Nickel Pig Iron (NPI) diperkirakan tumbuh 25,0 persen (YoY).

“Kami yakin industri ini akan terus tumbuh di masa depan mengingat pemerintah menargetkan 30 smelter nikel beroperasi pada 2024,” tulis Juan dalam risetnya.

Ia pun menyoroti saham ANTM dengan beberapa pertimbangan. Pertama, emiten ini dapat diuntungkan dengan adanya potensi pertumbuhan di segmen bijih nikel seiring naiknya permintaan domestik. Lalu, peluang pendapatan dari proyek smelter Halmahera.

Terakhir, ada lebih banyak eksposur pada proyek pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik Indonesia sektor hulu-hilir oleh perusahaan dan Indonesia Battery Corporation (IBC).

Pulihnya permintaan baja tahan karat tahun ini

Ilustrasi industri baja. Shutterstock/ABCDStock

Produksi produk baja tahan karat berbasis nikel Cina tercatat stagnan pada Mei, yakni 2,3 juta ton. Secara kumulatif, angka itu lebih rendah 2,3 persen akibat penguncian wilayah karena penyebaran kasus Covid-19.

Namun, Juan memproyeksikan permintaan nikel di Cina bakal kembali meningkat, berkat aktivitas manufaktur yang lebih tinggi karena stimulus pemerintah. Potensi pelonggaran pembatasan sosial pada paruh kedua 2022 pun akan berdampak pada peningkatan aktivitas impor.

Potensi surplus industri nikel global

Shutterstock/AlexLMX

Sektor pertambangan logam memiliki masalah beragam, seperti kurangnya tenaga kerja dan tingginya biaya energi. Juan menilai, hal itu dapat terus menghambat rencana peningkatan output.

Kondisi geopolitik global juga akan membebani produksi dan ekspor Rusia, mengingat negara itu merupakan produsen nikel terbesar ketiga karena menyumbang 280 ribu ton nikel sepanjang tahun. Rusia juga berkontribusi 10 persen dalam total ekspor nikel global.

“Meskipun permintaan melemah di paruh pertama dibanding tahun lalu, persediaan belum menunjukkan peningkatan material. Karena pasar nikel cenderung seimbang atau kekurangan pasokan, kami melihat sedikit ruang untuk mengisi kembali pasokan dalam waktu dekat,” jelas Juan.

Dus, ia memprediksi, pasar nikel global bakal tetap defisit pada 2022, namun berpeluang menjadi surplus tahun depan terdorong katalis pendukung seperti pertumbuhan kapasitas nikel kelas II yang kuat di dalam negeri. 

“Namun kami melihat pasar nikel global dapat kembali mengalami defisit pada 2025, didorong oleh pertumbuhan permintaan yang kuat dari segmen baterai kendaraan listrik,” imbuhnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra Otoparts Bagi Dividen Rp828 Miliar, Simak Jadwalnya
IKN Menjadi Target Inovasi yang Seksi bagi Investor Luar Negeri
Pemerintah Sudah Tarik Utang Rp104,7 Triliun Hingga 31 Maret 2024
Museum Benteng Vredeburg Lakukan Revitalisasi Senilai Rp50 Miliar
Pemerintah Realisasikan Rp220 T Untuk 4 Anggaran Prioritas di Q1 2024
ERAL Kolaborasi dengan DJI dan Fujifilm di Kampanye Motion Creativity