Saham Anjlok, Kapitalisasi Pasar Induk Facebook Terpangkas US$230 M

Pengguna aktif harian Facebook menurun jadi 1,93 miliar.

Saham Anjlok, Kapitalisasi Pasar Induk Facebook Terpangkas US$230 M
Shuterstock/Michael Vi
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Saham Meta Platform, induk perusahaan Facebook, kehilangan kapitalisasi pasar sekitar US$230 miliar pada awal perdagangan Kamis (3/2) waktu Amerika Serikat (AS). Hal ini lantas membuat Meta menjadi perusahaan dengan penurunan nilai pasar terbesar dalam sejarah AS.

Fenomena tersebut terjadi setelah perusahaan melaporkan penurunan pendapatan kuartal IV 2021, dipicu  oleh turunnya pengguna harian aplikasi ini, pertama kali dalam 18 tahun tahun terakhir. Saham Meta menurun 25,6 persen ke level US$240,31 pada Kamis pukul 09.34 ET atau pukul 21.34 WIB. Sehari sebelumnya, saham ditutup di level US$323.

Akibatnya, dengan turunnya nilai kumulatif seluruh saham, kapitalisasi pasar Meta terbabat dari US$898,5 miliar menjadi US$668,4 miliar.

Kalah Saing dari TikTok dan YouTube

Mengutip Business Insider, Jumat (4/2), CEO Meta, Mark Zuckerberg mengatakan, pendapatan Meta akan tetap tertekan akibat persaingan dengan media sosial lain, seperti TikTok dan YouTube. Para pengguna yang lebih muda, menurutnya, telah beralih ke platform saingan Meta.

Meski Meta sudah berinvestasi ke layanan video singkat untuk menyaingi TikTok, pendapatannya lebih sedikit ketimbang fitur utama Facebook dan Instagram. “Orang-orang punya banyak pilihan untuk menghabiskan waktunya dan aplikasi seperti TikTok berkembang dengan cepat,” ujar Zuckerberg.

Selain itu, Meta juga mengaku terdampak perubahan privasi di sistem operasi Apple sehingga kesulitan menargetkan iklan di Facebook dan Instagram yang akhirnya membuat perusahaan merugi sekitar US$10 miliar di lini bisnis periklanan.

Sebelumnya, Meta membidik target iklan dengan melacak cara pengguna Apple berinteraksi dengan aplikasi dan situs. Namun kini, raksasa teknologi itu tak bisa menerapkan strategi serupa.

Melansir BBC Internasional, Kepala Penelitian Sektor Telekomunikasi dan Internet di Bank DBS, Sachin Mittal mengatakan, “Kami menilai, pemain yang ketergantungan pada iklannya lebih rendah dan menargetkan algoritme yang lebih baik untuk mengatasi perubahan (kebijakan) Apple, masih akan berhasil.”

Laporan Kinerja Meta

Meta membukukan laba senilai US$10,3 miliar, dengan laba per saham mencapai US$3,67. Angka ini sedikit berada di bawah perkiraan analis dalam survei Bloomberg sebesar US$3,84.

Pengguna aktif harian Facebook tercatat menurun menjadi 1,93 miliar, lebih rendah dari proyeksi analis yang mencapai 1,95 miliar jumlah pengguna harian.

Yang lebih membuat investor cemas, Meta memperkirakan pendapatan kuartal I 2022 akan menurun dari US$33,67 miliar menjadi US$27 miliar–US$29 miliar, jauh di bawah ekspektasi pasar.

“Dapat dimengerti mengapa investor terganggu oleh hasil itu, diperparah oleh kabar tentang sejumlah hambatan di kuartal saat ini—termasuk ketidakpastian anggaran iklan,” jelas Analis Ekuitas di Broker Hargreaves Lansdown, Laura Hoy, dilansir dari Business Insider.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi