Jakarta, FORTUNE - Emiten batu bara, PT Black Diamond Resources Tbk (COAL) baru melantai sepekan lalu. Namun, saham perusahaan sudah melesat 158,24 persen ke level 470.
Bahkan, saham emiten milik Sujaka Lays itu menyentuh titik auto reject atas (ARA) di empat hari awal perdagangan dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp2,38 triliun per Rabu (14/9).
Dengan laju saham ciamik di awal masa IPO, lantas seperti apa kinerja keuangan dari perusahaan yang mulai berdiri pada 27 Maret 2017 itu?
Mengutip laporan keuangan semester pertama 2022, perseroan membukukan lonjakan penjualan dari Rp54,60 miliar jadi Rp367,07 miliar.
Penjualan tertinggi dilakukan kepada Eats Gate Commodities Pte Ltd, mencapai Rp175,21 miliar. Kontribusi penjualan tertinggi berikutnya ke Royal Pasific Holding Ltd sebesar Rp84,23 miliar; PT Bloomindo Bumi Energi Rp69,76 miliar; PT Sumber Gloobal Energy Tbk Rp34,29 miliar; dan PT Centra Nusa Indah Rp3,58 miliar.
Black Diamond Resources juga catat kenaikan laba
Meskipun beban pokok penjualan juga terkerek naik dari Rp43,32 miliar jadi Rp243,05 miliar, laba bruto COAL tetap melesat dari Rp11,27 miliar menjadi Rp124,02 miliar.
Setelah dikurangi pajak penghasilan, laba usaha perseroan juga masih tercatat melesat 1.336 persen di paruh awal tahun ini daripada periode yang sama di tahun sebelumnya; dari Rp5,84 miliar jadi Rp83,38 miliar.
Sementara itu, laba bersihnya juga melonjak1.382 persen dari Rp5,56 miliar per 30 Juni 2021, menjadi Rp82,40 miliar di periode yang sama tahun ini.
Aset Black Diamond Resources pun berlipat ganda dari Rp197,59 miliar menjadi Rp412,41 miliar. Begitu pun dengan ekuitas perseroan yang melesat dari Rp79,30 miliar jadi Rp160,73 miliar. Sedangkan liabilitas pun turut terkerek naik menjadi Rp251,67 miliar, dari sebelumnya Rp118,28 miliar.
COAL bergerak di bidang usaha pertambangan batu bara lewat anak usaha di Kalimantan Tengah, yang memiliki area IUP seluas 4.833 hektare. Dengan pangsa pasar domestik dan ekspor, Black Diamond menjajakan batu bara GAR 5.500.