Waspada Resesi, Ini Tips Kelola Portofolio Investasi

Investor diminta mewaspadai ancaman resesi Amerika.

Waspada Resesi, Ini Tips Kelola Portofolio Investasi
Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berisiko dibayangi tekanan jual asing pada paruh kedua 2022 di tengah ancaman resesi global. Untuk itu, para pelaku pasar diwanti-wanti untuk berhati-hati dalam mengelola portofolio investasinya.

Head of Investment Research Strategist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Hariyanto Wijaya, menyarankan para pelaku pasar untuk mewaspadai aliran dana asing yang keluar dari pasar modal. Sebab, bila itu terus terjadi, fluktuasi IHSG masih akan terbilang tinggi.

Menurutnya, di kondisi seperti itu, para investor sebaiknya tak melawan arus para investor asing. 

“(Misal) kalau investor asing lagi outflow di sektor finansial, menurut saya jangan bermain (membeli), jangan trade (di sektor itu). Mungkin trade (masih bisa) untuk yang benar-benar jangka pendek,” jelasnya dalam Mirae Asset Day yang digelar virtual, dikutip Rabu (13/7).

Para investor juga diminta mewaspadai perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS), termasuk resesi yang diproyeksikan akan terjadi di sana.

“Saat ini mereka (AS) masih terpecah, apakah akan resesi atau tidak. Tapi menurut kami akan resesi,” kata Hariyanto.

Sektor pilihan Mirae Asset

Mirae Asset Sekuritas sendiri menyoroti empat sektor pada semester kedua tahun ini. Pertama, sektor konsumen non-siklikal atau barang konsumen primer. Katalis penyokongnya antara lain harga bahan baku turun—dan akan akan mengurangi biaya—tapi harga jual naik.

“Harga jual lebih tinggi dan biaya yang lebih rendah itu akan meningkatkan margin keuntungan dan laba. Valuasinya pun masih murah,” ujarnya.

Saham-saham utama yang dipilih oleh Mirae, yaitu: UNVR, ICBP, dan INDF.

Kedua, sektor pertambangan, tepatnya batu bara. Hariyanto dan tim memproyeksikan harga batu bara bisa menetap di atas US$300 per ton semester ini.

Ditambah lagi, sejumlah negara memboikot batu bara dari Rusia mulai Agustus 2022 seperti Jepang dan negara-negara Uni Eropa.

“(Karena kebijakan itu) yang akan diuntungkan sisi Indonesia, Australia, dan Afrika. Karena Indonesia dan Australia juga termasuk yang terbesar dari sisi produksi,” jelas Research Analyst Mirae Asset Sekuritas, Juan Harahap.

Ia menambahkan Jerman bahkan telah mengontak emiten batu bara di bagian hulu. Dus, kinerja para emiten batu bara di Indonesia berpotensi terdongkrak. Pada sektor tersebut, top picks Mirae adalah ADRO, PTBA, dan ITMG.

Terakhir, Mirae juga menyoroti sektor finansial, tapi dari segi akumulasi pada kuartal keempat. “Jadi, di kuartal ketiga, mungkin lebih baik belum masuk ke sektor tersebut,” kata Hariyanto.

Terakhir, sektor perindustrian. Khususnya para emiten yang terafiliasi dengan rantai pasokan pertambangan batu bara. Contohnya, United Tractors (UNTR) dan Samudera Indonesia (SMDR).

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia