Ilustrasi Telkomsel (telkomsel.com)
Pada 2025, Telkomsel berencana menaikkan tarif sambil memastikan paket starter tetap terjangkau. Pertumbuhan Average Revenue Per User (ARPU) diperkirakan akan sejalan dengan inflasi yang terutama didorong oleh peningkatan pengeluaran dari pelanggan yang menghasilkan 95% dari total pendapatan.
Perusahaan berfokus pada pengguna dengan nilai tinggi karena mereka menunjukkan sensitivitas harga yang lebih rendah. Berikut poin-poin penting yang bisa dipahami:
ARPU menunjukkan tren kenaikan, sementara jumlah pelanggan tetap stabil.
Konsumsi data per pengguna meningkat, yang berkontribusi pada tren lalu lintas positif.
Biaya pemasaran dan penjualan diperkirakan tetap stabil, meskipun margin keseluruhan dapat menurun pada tahun fiskal 2024 karena adanya program pensiun dini.
Perusahaan memiliki tujuan untuk secara bertahap mengurangi rasio Capex terhadap pendapatan, dengan target penurunan menjadi 17—19% pada 2028.
Adapun Telkomsel tetap menjadi pemain dominan di pasar fixed broadband (FBB) yang mempertahankan pangsa pasar 70—75% dan beroperasi di 450—500 kota.
Meskipun persaingan belum berdampak signifikan pada posisinya, perusahaan telah memperkenalkan EzNet untuk mengatasi kekhawatiran terkait keterjangkauan.
Telkomsel terus memprioritaskan pelanggan premium untuk mengimbangi potensi penurunan ARPU dari layanan EzNet yang lebih terjangkau. Perusahaan sedang mengevaluasi partisipasi dalam lelang spektrum 1,4G Hz sambil memastikan efisiensi biaya dan manfaat strategis jangka panjang.
Kemudian, Telkomsel juga menjajaki solusi fixed wireless access (FWA) dan mengoptimalkan penggunaan spektrum untuk mendukung ekspansi di masa depan. Pemindahan bisnis broadband rumah ke Telkomsel dimaksudkan untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi operasional.