Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Bagaimana Proyeksi Obligasi di Kuartal-IV 2025? Ini Kata PHEI

Obligasi adalah
ilustrasi obligasi (unsplash/amina atar)

Jakarta, FORTUNE - PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) menilai, masih ada peluang bullish di pasar obligasi Indonesia pada kuartal-IV 2025. Namun, dengan catatan, tiga faktor skenario baseline harus terpenuhi.

Head of Research and Market Information Departement PHEI, Salvian Fernando, mengatakan, tiga faktor itu mencakup: The Fed menurunkan suku bunga bertahap, BI juga mengikuti langkah tersebut, juga nilai tukar rupiah yang cenderung melemah. Probabilitas skenario itu terjadi berkisar antara 60 sampai dengan 70 persen.

"Implikasinya, yield obligasi turun, inflow asing meningkat, penerbitan obligasi korporasi meningkat," kata Salvian dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal mengenai Market Outlook Obligasi Kuartal-IV 2025, Selasa (30/9).

Menurutnya, telah terjadi reli yang cukup kuat di pasar obligasi sejak awal 2025 sampai dengan September 2025. Itu terefleksi pada laju Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang telah menguat 9,15 persen secar year to date.

Berdasarkan harga obligasi saat ini, ia menilai, yield obligasi bertenor pendek masih akan berada di level yang rendah sampai dengan akhir tahun. Begitu pula dengan tenor panjang.

"Kalau kita lihat posisinya mungkin masih akan tetap bull steeping seperti ini," katanya. "Secara skenario, mungkin posisi market break di kuartal-IV tidak akan terlalu berbeda dengan kondisi saat ini. Karena sudah cukup bullish untuk pasar obligasi. Artinya para pelaku pasar pun yang melakukan pembelian itu sudah cukup hati-hati."

Dalam kesempatan yang sama, PHEI menyebutkan bahwa obligasi dengan tenor jangka pendek lah yang diminati oleh investor. Artinya, obligasi dengan tenor di bawah 5 tahun. Hal tersebut membuat rata-rata korporasi menerbitkan obligasi jangka pendek. Begitu pula dengan pemerintah.

Selain skenario baseline, ada pula skenario positif dengan probabilitas 10 sampai dengan 20 persen. Dalam skenario tersebut, yield obligasi menurun signifikan, aliran dan asing naik, dan penerbitan obligasi korporasi menjadi masif.

Namun, skenario itu hanya akan terjadi bila The Fed dan BI memutuskan suku bunga secara agresif, daya beli meningkat dan ekonomi bertumbuh, serta nilai tukar rupiah stabil.

"Peluang bullish masih ada, tapi tentunya kita harus melihat apa yang akan terjadi di pasar dan juga pembaruan dari data ekonomi sampai dengan akhir tahun," ujarnya.

Share
Topics
Editorial Team
Pingit Aria
EditorPingit Aria
Follow Us

Latest in Market

See More

Pembukaan IHSG hari ini 01 Oct 2025, dibuka menguat

01 Okt 2025, 09:10 WIBMarket