Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan aktivitas penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) di pasar modal Indonesia masih bergairah selama pandemi Covid-19. BEI bahkan menyatakan tren IPO dalam negeri menjadi yang tertinggi di Asean.

Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, mengatakan 38 perusahaan telah menawarkan sahamnya secara perdana di bursa hingga Oktober. Puluhan IPO itu, lanjutnya, berhasil menghimpun dana lebih dari Rp32 triliun.

“Ini membuat jumlah listed companies kita itu mencapai 750 perusahaan,” katanya dalam konferensi pers secara daring bertajuk SimInvestLab Fast Track To Become Class Investor, Kamis (7/10)

Inarno yang juga mantan Komisaris BEI ini menambahkan, raihan IPO Indonesia ini juga menjadi yang terbanyak dibandingkan bursa saham di negara Asean lainnya. Berdasarkan data dari EY Global IPO Trend Report, lanjutnya, Indonesia masuk dalam 10 besar aktivitas IPO di dunia setidaknya dalam tiga tahun terakhir (2018-2020).

“Menurut laporan periode kuartal II-2021 sampai saat ini (IPO) kita itu masih yang tertinggi di bursa Asia,” katanya.

Mengutip data dari laporan yang disampaikan Inarno, tahun lalu hanya terdapat 51 perusahaan yang melakukan IPO. Angka ini turun 2019 yang mencapai 55 perusahaan.

Masih bergairah

Ke depannya, aktivitas IPO juga diproyeksi masih akan semarak. Menurut Inarno Djajadi, tren IPO ini diharapkan masih positif hingga akhir tahun.

Dia mengatakan saat ini di pipeline bursa masih ada sekitar 24 perusahaan calon IPO. “Dan mudah-mudahan 24 calon perusahaan tercatat yang ada di pipeline ini bisa listed di 2021,” katanya.

Jika rencana puluhan perusahaan IPO yang disampaikan BEI itu terjadi, tahun ini diperkirakan jumlah emiten baru mencapai 62 perusahaan. Artinya, jumlah IPO 2021 akan melebihi tahun lalu bahkan sebelum pagebluk melanda.

IPO start-up

BEI juga tengah memerhatikan peluang IPO perusahaan rintisan (start-up) terutama yang memiliki valuasi di atas US$1 miliar (sekitar Rp14 triliun) atau kerap disebut unicorn. Inarno berkata, lembaganya bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan sejumlah stakeholder juga tengah melakukan diskusi intensif untuk menyusun regulasi bagi perusahaan rintisan yang akan IPO.

“Namun di luar penyusunan peraturan tersebut, syukur alhamdulilah 6 Agustus kemarin Bukalapak itu telah resmi tercatat sebagai unicorn pertama di Asean (yang melakukan IPO). Tidak hanya di bursa tetapi juga di Asean,” katanya.

Bukalapak pada saat IPO berhasil meraup dana segar mencapai Rp21,9 triliun. Raihan IPO e-commerce ini disebut-sebut menjadi yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.  

Mengutip IDN Times, tahun depan setidaknya akan ada tiga tiga perusahaan rintisan yang melantai di bursa saham, yakni entitas gabungan Gojek Tokopedia (GoTo), perusahaan logistik SiCepat, dan Traveloka. Informasi ini terungkap dalam bahan presentasi yang disampaikan oleh Komisaris BEI Pandu Patria Sjajhir dalam sebuah webinar.

Editorial Team