Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
DSC09704.JPG
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia, Iman Rachman, dalam acara Capital Market Journalist Workshop 2025 di Bali, Sabtu (15/11). (Dok. SRO pasar modal)

Jakarta, FORTUNE - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan segera menemui pihak penyedia indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Itu berkaitan dengan rencana MSCI menyesuaikan penghitungan free float saham Indonesia.

Direktur Utama BEI, Iman Rachman, mengatakan, pihak bursa sedang mengatur pertemuan tersebut. Namun, ia enggan memperinci kapan pertemuan itu akan dilakukan.

"Kita sudah bersurat [dengan MSCI] sebelum ini," kata Iman setelah acara Capital Market Journalist Workshop 2025 di Bali, dikutip Senin (17/11).

Sebagai konteks, MSCI saat ini tengah meminta input para pelaku pasar tentang rencana mereka untuk menambahkan sumber data penghitungan free float dari efek atau saham Indonesia.

Sumber tambahannya adalah laporan kepemilikan efek bulanan dari PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Dalam laporan itu, kepemilikan oleh korporasi dan lainnya dikecualikan dari formula penghitungan free float.

Bursa sendiri mewaspadai hal tersebut pada 2026. Sebab, jika proposal itu benar-benar direalisasikan, maka hal tersebut akan berdampak terhadap penurunan bobot saham Indonesia di indeks MSCI. Itu karena banyak emiten yang kepemilikan sahamnya didominasi oleh korporasi atau pihak lain (yang bukan publik).

"Walau tadi saya cerita tentang optimisme, tapi tahun depan kita tetap harus waspada. Terutama kalau MSCI jadi menerapkan proposal itu, ada potensi [arus] keluar dari Indonesia yang cukup besar," ujar Iman. "Artinya ini jadi PR kita untuk bisa mudah-mudahan proposal MSCI."

Atas dasar itu, bursa memproyeksikan rerata nilai transaksi harian (RNTH) secara konservatif, yakni Rp14,5 triliun per hari. Angka itu lebih rendah dibandingkan realisasi sementara pada 2025, yakni Rp16,6 triliun (per 7 November 2025).

Dari segi suplai, BEI memprediksi 555 pencatatan efek baru, termasuk 50 pencatatan saham perdana di dalamnya. Lebih lanjut, bursa memperkirakan penambahan 2 juta investor baru; 50.000 rekening efek syariah baru; dan 700.000 investor aktif bulanan.

Sebelum ini, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa (AB) BEI, Irvan Susandy, mengatakan, SRO merasa rencana MSCI tersebut kurang tepat dilaksanakan. Apalagi, itu hanya berlaku bagi saham-saham dari Indonesia, jika mengacu pada rilis resmi MSCI.

"Belum tahu sebabnya, makanya kami juga akan jelaskan [penghitungan dan kondisi] free float [Indonesia] dan menanyakan mengapa hanya untuk Indonesia," kata Irvan (3/11).

Irvan menambahkan, sejumlah emiten Indonesia yang masuk ke dalam indeks MSCI juga sudah mengirim surat keberatan atas wacana MSCI.

Editorial Team