Sempat Bangkrut, Virgin Australia Kini Bersiap IPO Senilai Rp7,21 T

- Virgin Australia akan melakukan penawaran umum perdana (IPO) senilai A$685 juta atau sekitar Rp7,21 triliun dengan harga A$2,90 per saham.
- IPO ini memberikan valuasi penuh perusahaan sebesar A$2,32 miliar dan nilai perusahaan (termasuk utang) mencapai A$3,6 miliar. Virgin saat ini menguasai 34,4% pangsa pasar maskapai penerbangan domestik Australia.
- Penawaran IPO Virgin menjadi salah satu aksi korporasi paling disorot di Australia dalam beberapa tahun terakhir karena ketergantungannya yang besar pada sektor konsumen maskapai domestik.
Jakarta, FORTUNE - Virgin Australia, maskapai penerbangan milik Bain Capital, berencana kembali melantai di bursa saham melalui penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) senilai A$685 juta (US$442,8 juta atau sekitar Rp7,21 triliun).
Dilansir dari Reuters, berdasarkan dokumen term sheet, Bain akan melepas sekitar 30 persen saham dengan harga A$2,90 per saham. Dengan pelepasan saham ini, kepemilikan Bain di perusahaan akan berkurang dari yang sebelumnya 70 persen menjadi 39,4 persen, sementara Qatar Airways tetap mempertahankan porsi kepemilikan sahamnya sebesar 23 persen, manajemen maskapai akan memiliki 6,4 persen, dan 30,2 persen sisanya akan dimiliki oleh investor pasar saham yang baru.
IPO ini memberikan valuasi penuh perusahaan sebesar A$2,32 miliar, dan nilai perusahaan (termasuk utang) mencapai A$3,6 miliar.
IPO Virgin menjadi salah satu aksi korporasi paling disorot di Australia dalam beberapa tahun terakhir, karena ketergantungannya yang besar pada sektor konsumen maskapai domestik. Virgin telah memangkas operasi internasional dan memfokuskan operasionalnya pada penerbangan domestik, meskipun beberapa rute jarak jauh akan kembali dibuka melalui kemitraan dengan Qatar Airways.
Virgin saat ini menguasai 34,4 persen pangsa pasar maskapai domestik Australia, di bawah Qantas dengan 37,5 persen.
IPO Terbesar Kedua
Penawaran ini dilakukan melalui proses book building awal, dan saham Virgin dijadwalkan mulai diperdagangkan di Bursa Efek Australia (ASX) pada 24 Juni 2025. Ini merupakan IPO terbesar kedua di Australia tahun ini setelah DigiCo Infrastructure REIT.
Rencana IPO Virgin telah lama disiapkan, namun sempat tertunda akibat gejolak pasar global. Virgin sebelumnya bangkrut pada 2020 akibat pandemi COVID-19 yang menghantam industri penerbangan, dan diambil alih oleh Bain senilai A$3,5 miliar termasuk liabilitas.
Dikutip dari The Sydney Morning Herald, Jun Bei Liu, Fund Manager di firma investasi Ten Cap yang berkantor pusat di Sydney, mengatakan Virgin telah menetapkan harga IPO menarik. "Kami pikir dengan penetapan harga ini IPO akan berjalan dengan sangat baik," katanya. Liu memegang saham di Qantas dan mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi di Virgin saat ini. "Kita semua tahu Virgin telah melalui transformasi yang cukup berarti selama beberapa tahun terakhir, dan bisnisnya jauh lebih baik saat ini," katanya.
Penawaran IPO menempatkan label harga untuk Virgin sekitar 30 persen di bawah valuasi Qantas, kata Liu. Diskon itu sebagian karena Bain memahami bahwa maskapai penerbangan tersebut telah melalui siklus bisnisnya dan perlu "membangun rekam jejak sebagai bisnis yang terdaftar", katanya.
Namun, volatilitas pasar belum lama ini akibat perang dagang Trump akan jadi faktor menantang lainnya,
Fund manager memiliki waktu hingga Kamis sore untuk mengajukan penawaran untuk saham tersebut, sementara penawaran dari pialang untuk investor ritel harus dilakukan pada Jumat pagi.
Saham perseroan diperkirakan mulai diperdagangkan di ASX pada 26 Juni dengan kode saham VGN yang diusulkan.