Jakarta, FORTUNE - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menjajaki rencana akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) PLN. Analis menyebut, aksi korporasi tersebut berpotensi membuat perseroan tak memenuhi ekspektasi pembagian dividen.
Analis BRI Danareksa Sekuritas, Hasan Barakwan, memperkirakan PTBA membutuhkan belanja modal sekitar Rp7 triliun, setelah memperhitungkan masa penyusutan PLTU dan pembayaran utang selama tahap awal proyek tersebut.
“Estimasi nilai akuisisi ini mendekati perkiraan kami untuk saldo kas 2022F senilai Rp10 triliun dan update terbaru menyebut PTBA akan menggunakan capex guna mengakuisisi PLTU itu secara penuh,” katanya dalam riset.
Dengan begitu, akuisisi tersebut akan mengurangi kas PTBA ke level rendah, yang artinya perseroan berpotensi membuat dividen yang dibagikan lebih rendah dibanding konsensus dan perkiraan analis. Karena itu, Hasan dan tim menilai itu akan jadi sentimen negatif dalam jangka pendek terhadap harga saham perseroan.
Sebelumnya, PLN dan PTBA menandatangani Principal Framework Agreement pada Selasa (18/10) guna menyokong upaya pensiun dini PLTU. Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail menjelaskan ada berbagai aspek yang dipertimbangkan dalam kemitraan itu, dari sisi lingkungan sampai ekonomi.
“Kerja sama ini menguntungkan semua pihak, baik PLN maupun PTBA,” katanya dalam keterangan resmi.
Langkah tersebut akan mempercepat waktu pensiun PLTU Pelabuhan Ratu dari 24 tahun jadi 15 tahun. Langkah itu berpeluang menekan emisi karbondioksida (CO2) setara 51 juta ton atau sekitar Rp220 miliar.