Jakarta, FORTUNE – Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) menyampaikan perhatiannya mengenai pembentukan bursa kripto RI yang tak kunjung rampung. Mereka menyebut kondisi itu bakal berdampak pada pengembangan aset kripto dalam negeri.
Menurut Ketua Aspakrindo, Teguh Kurniawan Harmanda, hadirnya bursa kripto tentu sudah ditunggu-tunggu oleh para pedagang aset kripto. Kemunculan lembaga tersebut dinilai juga dapat memberikan kepastian bagi pedagang dan investor dalam negeri.
"Selama bursa kripto belum hadir, maka status para pedagang yang terdaftar masih dinyatakan sebagai calon pedagang aset kripto. Padahal, Indonesia merupakan salah satu basis investor kripto paling kuat di dunia," kata pria yang akrab disapa Manda ini dalam rilis kepada media, Senin (28/3).
Sebelumnya, Plt Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Wisnu Wardhana, menyampaikan bahwa ikhtiar pembentukan bursa kripto Indonesia masih berlanjut, namun masih menemui sejumlah tantangan. Dia menyinggung soal kondisi pandemi COVID-19. Di saat sama, Bappebti juga masih mengevaluasi dokumen-dokumen untuk pembentukan bursa kripto.
“Karena ada pertambahan beberapa exchanger baru, nah ini yang mau kami koordinasikan dulu. Karena kita kan sebelumnya ada 12, dicabut satu (jadi) 11, sekarang sudah bertambah 7 ya. Jadi semua ada 18. Nanti kami koordinasikan dengan calon bursanya,” ujar Wisnu dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Kamis (24/3).
Meski demikian, Wisnu tak menyampaikan lebih lanjut soal target maupun waktu peluncuran lebih lanjut untuk bursa kripto dimaksud.
Berdasarkan data dari Bappebti, transaksi aset kripto per Februari 2022 telah mencapai Rp83,8 triliun. Sedangkan, jumlah pelanggan aset tersebut sebesar 12,4 juta orang. Tahun lalu, perdagangan aset kripto mencapai Rp859,4 triliun, atau meningkat 1.222,8 persen ketimbang Rp64,9 triliun pada 2020.