Jakarta, FORTUNE - Harga saham emiten pusat data PT DCI Indonesia Tbk (DCII) telah meroket 349,89 persen dalam sebulan terakhir. Selain karena kinerja yang ciamik, apa lagi katalis di balik lonjakan harga DCII?
Per Rabu (12/3), DCII tercatat menguat hampir 10 persen ke Rp205.600, harga saham tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini.
Sentimen terbarunya adalah pengumuman kinerja perseroan pada 2024. Laba bersih DCII tercatat melambung 54,9 persen (YoY) menjadi Rp796 miliar. Pendorongnya adalah pendapatan yang melejit 38,8 persen (YoY) menjadi Rp1,8 triliun. Itu berkat segmen jasa collocation yang menyumbang 94 persen dari total pendapatan.
Kendati beban pokok pendapatan DCII mengembang 41 persen (YoY) menjadi Rp755,4 miliar, laba kotornya tetap tumbuh 36,36 persen (YoY) menjadi Rp1,05 triliun.
Berdasarkan riwayat pergerakan saham di IDX Mobile, DCII sudah melejit 349,89 persen selama sebulan belakangan ini. Kenaikan harga itu membuatnya menjadi emiten berkapitalisasi pasar terbesar di sektor pusat data.
Berdasarkan data BEI, kapitalisasi pasar DCII kini berjumlah Rp 489,94 triliun, melampaui PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) serta PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). Pengamat Pasar Modal dan Pendiri Stocknow.id, Hendra Wardana menilai, keberhasilan itu tidak lepas dari pertumbuhan fundamental yang solid dan sentimen positif terkait rencana ekspansi perseroan.
Sejak melantai di BEI pada 6 Januari 2021 dengan harga IPO Rp 420 per saham, harga DCII kini telah meroket menjadi Rp205.600 per saham, mencatatkan kenaikan fantastis sebesar 48.852 persen dalam empat tahun.
"Katalis utama yang mendorong lonjakan harga saham ini adalah pertumbuhan kinerja keuangan yang impresif," jelas Hendra kepada Fortune Indonesia (12/3).
Dari sisi operasional, DCII terus memperluas kapasitas pusat datanya untuk mengantisipasi lonjakan permintaan layanan cloud dan digitalisasi bisnis di Indonesia. Perseroan saat ini mengoperasikan beberapa pusat data strategis seperti H1 Cibitung, H2 Karawang, EI Jakarta, dan H3 Sky Bintan, serta tengah membangun gedung data center JK6 dengan kapasitas 36 MW. Langkah ekspansi ini berpotensi meningkatkan pendapatan di masa mendatang.
Namun, dari sisi valuasi, saham DCII kini diperdagangkan dengan price to earning ratio (PER) mencapai 559 kali dan price to book value (PBV) sebesar 154x, menjadikannya salah satu saham dengan valuasi tertinggi di BEI.
Selain faktor fundamental, lonjakan harga saham DCII juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan spekulatif. Salah satu katalis utama adalah rencana stock split yang perseroan ajukan kepada BEI pada 19 Februari 2024. Pemecahan saham ini harapannya dapat meningkatkan likuiditas dan aksesibilitas investor ritel.
"Di sisi lain, akumulasi saham oleh investor besar seperti Anthoni Salim yang memiliki 11,12 persen saham DCII turut memperkuat kepercayaan pasar terhadap prospek jangka panjang emiten ini," kata Hendra.
Ke depan, Hendra menjelaskan, prospek DCII masih bergantung pada keberhasilan ekspansinya dalam meningkatkan kapasitas pusat data dan mempertahankan profitabilitas yang tinggi. Meskipun permintaan terhadap layanan pusat data di Indonesia terus tumbuh seiring dengan digitalisasi dan adopsi cloud computing, investor tetap perlu mencermati risiko valuasi yang tinggi serta potensi volatilitas harga saham akibat aksi spekulasi pasar.