Harga Minyak Naik 1% Setelah Turun Tajam Imbas Ketegangan AS-Tiongkok

- Harga minyak naik 1% setelah turun tajam karena harapan investor akan perundingan AS-Tiongkok.
- Harga minyak mentah Brent berjangka naik 87 sen, atau 1,39 persen menjadi US$63,60 per barel.
- Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok memanas pekan lalu setelah Tiongkok memperluas kendali ekspor tanah jarangnya.
Jakarta, FORTUNE - Harga minyak kembali menguat pada hari Senin setelah mencapai level terendah dalam lima bulan. Penguatan ini terdorong harapan investor akan adanya perundingan antara presiden AS dan Tiongkok untuk meredakan ketegangan perdagangan dua negara dengan ekonomi dan konsumen minyak terbesar dunia ini.
Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka naik 87 sen, atau 1,39 persen menjadi US$63,60 per barel pada pukul 00.45 GMT setelah ditutup melemah 3,82 persen pada hari Jumat ke level terendah sejak 7 Mei.
Sementara, minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level US$59,77 per barel, naik 87 sen, atau 1,48 persen setelah turun 4,24 persen mencapai level terendah sejak 7 Mei.
Ketegangan perdagangan AS-Tiongkok memanas pekan lalu setelah Tiongkok memperluas kendali ekspor tanah jarangnya sehingga memicu respons dari Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 100 persen atas ekspor Tiongkok ke AS, beserta kendali ekspor baru atas "semua perangkat lunak penting" paling lambat 1 November.
Pergerakan ini terjadi menjelang Forum Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan, yang berpotensi mempertemukan Trump-Xi di sela agenda.
"Pertanyaan kunci bagi pasar adalah apakah hal ini pada akhirnya akan diimplementasikan, dengan dampak yang signifikan terhadap rantai pasokan global dan terutama produksi teknologi tinggi, atau tetap hanya upaya untuk mendapatkan daya tawar menjelang perundingan bilateral di sela-sela pertemuan APEC di Korea Selatan akhir bulan ini," ujar analis Goldman Sachs dalam sebuah catatan, dikutip dari Reuters, Senin (13/10).
Ia menambahkan, skenario yang paling mungkin terjadi adalah kedua belah pihak akan menarik kembali kebijakan yang paling agresif dan perundingan akan mengarah pada perpanjangan lebih lanjut - dan mungkin tanpa batas waktu - dari jeda eskalasi tarif yang dicapai pada bulan Mei. Meskipun demikian, masih ada risiko eskalasi ketegangan perdagangan yang dapat menyebabkan tarif yang lebih tinggi atau pembatasan ekspor yang lebih serius, setidaknya untuk sementara.
Harga minyak anjlok pada Maret dan April di tengah puncak ketegangan perdagangan antara kedua negara. Tiongkok secara drastis memperluas kontrol ekspor tanah jarangnya pada hari Kamis menjelang perundingan antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping.
Di Timur Tengah, Trump menyatakan pada hari Minggu bahwa perang Gaza telah berakhir saat ia menuju Israel menjelang pembebasan sandera Israel dan tahanan Palestina yang diperkirakan akan terjadi sebagai bagian dari gencatan senjata.