Ini 5 Jurus Investasi Aman Saat Pasar Volatile

Intinya sih...
Siapkan dana tunai untuk kondisi tak terduga.
Jangan terburu-buru masuk saat investor asing keluar.
Terapkan metode cicil investasi (dollar cost averaging).
Jakarta, FORTUNE – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan ini memicu kecemasan di kalangan investor. Kondisi pasar yang tidak menentu, diperparah dengan volatilitas selama Ramadan yang berpotensi berlanjut pasca-Idulfitri, menuntut investor untuk memiliki strategi yang tepat agar terhindar dari keputusan impulsif seperti panic selling.
Berkaca pada data historis koreksi IHSG setelah libur panjang Lebaran pada 2021, 2022, dan 2024, Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus, memberikan sejumlah jurus investasi yang dapat membantu investor mengelola risiko dengan lebih baik saat pasar sedang tertekan.
1. Siapkan dana tunai untuk kondisi tak terduga
Langkah krusial pertama adalah memastikan ketersediaan dana tunai yang cukup atau setidaknya likuiditas yang memadai. Penurunan tajam harga saham yang dibarengi dengan ketidakpastian ekonomi dapat memicu keputusan ekstrem, seperti terpaksa menjual saham dengan harga rendah untuk memenuhi kebutuhan mendesak.
Pastikan Anda memiliki dana darurat yang dapat menanggung biaya hidup selama beberapa bulan ke depan atau hingga kondisi pasar kembali stabil (rebound). Dana cadangan ini dapat dimanfaatkan untuk membeli saham-saham berkualitas dengan harga lebih murah pada waktu yang tepat.
2. Jangan terburu-buru masuk saat investor asing keluar
Saat pasar mengalami penurunan, sering kali muncul kabar mengenai investor asing yang menarik dananya dari pasar modal domestik (capital outflow). Keluarnya dana asing ini dapat semakin menekan nilai tukar rupiah dan kondisi perekonomian dalam negeri.
Meskipun aliran modal asing keluar dapat menjadi sinyal negatif yang menyebabkan penurunan harga saham, Angga menyarankan agar investor tidak terburu-buru melakukan aksi beli secara besar-besaran.
3. Terapkan metode cicil investasi (dollar cost averaging)
Investasi saat pasar sedang anjlok memang mengandung risiko, tapi juga menyimpan potensi keuntungan yang besar. Salah satu cara terbaik untuk menyiasatinya adalah dengan menerapkan metode cicil investasi atau dollar cost averaging (DCA). Metode ini diperlukan karena sangat sulit untuk menebak waktu yang tepat untuk membeli saham, terutama saat pasar sedang bergejolak.
Dengan metode cicil, investor dapat membeli saham secara berkala tanpa perlu terlalu khawatir dengan fluktuasi harga harian. Selain itu, pembelian bertahap akan menghasilkan harga rata-rata yang lebih baik karena pembelian dilakukan pada berbagai titik harga, baik saat harga tinggi maupun rendah.
4. Pilih saham-saham yang bersifat defensif
Ketika pasar sedang mengalami tekanan, saham-saham defensif menjadi pilihan yang lebih aman. Saham defensif adalah saham dari perusahaan yang cenderung memiliki pendapatan yang stabil, bahkan ketika kondisi ekonomi sedang kurang baik.
Contoh sektor defensif meliputi sektor perbankan, barang konsumsi, kesehatan, dan utilitas. Perusahaan-perusahaan di sektor ini umumnya masih mampu menghasilkan pendapatan yang relatif stabil, dan saham-saham defensif cenderung lebih cepat pulih setelah penurunan pasar karena permintaan terhadap produk atau layanan mereka tidak terlalu dipengaruhi oleh siklus ekonomi.
5. Amati aliran dana asing (foreign flow)
Memantau foreign flow atau aliran dana asing yang masuk dan keluar dari pasar saham sangat penting saat pasar sedang anjlok. Aliran dana asing seringkali menjadi indikator penting mengenai tingkat kepercayaan investor internasional terhadap perekonomian suatu negara. Aliran dana asing yang positif dapat mempercepat pemulihan pasar, sementara penurunan aliran dana asing dapat memperburuk kondisi pasar.
"Amati tren ini dengan seksama karena keputusan investasi asing bisa berdampak besar pada harga saham di pasar domestik,” demikian Angga Septianus.