Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Token stablecoin blockchain UST Terra USD di berbagai tumpukan dengan latar belakang hitam. Shutterstock/David Sandron
Token stablecoin blockchain UST Terra USD di berbagai tumpukan dengan latar belakang hitam. Shutterstock/David Sandron

Jakarta, FORTUNE - Pertumbuhan pasar stablecoin global diperkirakan tetap terbatas dan belum akan menembus level triliunan dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa tahun ke depan. JPMorgan memproyeksikan nilai pasar aset kripto berdenominasi stabil ini hanya akan berada di kisaran US$500 miliar hingga US$600 miliar pada 2028.

Melansir The Block, dalam riset terbarunya, analis JPMorgan menilai laju ekspansi stablecoin cenderung mengikuti perkembangan ekosistem kripto secara keseluruhan, alih-alih tumbuh jauh melampauinya. Proyeksi tersebut lebih konservatif dibandingkan estimasi sejumlah lembaga keuangan lain yang memprediksi nilai pasar stablecoin dapat mencapai triliunan dolar AS.

Tim analis yang dipimpin Managing Director Nikolaos Panigirtzoglou mencatat bahwa sepanjang 2025, pasar stablecoin telah bertambah sekitar US$100 miliar atau setara Rp1.670 triliun, sehingga total kapitalisasi melampaui US$300 miliar atau sekitar Rp5.010 triliun.

Namun, pertumbuhan tersebut dinilai sangat terkonsentrasi pada dua pemain utama. Pasokan USDT milik Tether meningkat sekitar US$48 miliar atau Rp801,58 triliun, sementara USDC yang diterbitkan Circle bertambah sekitar US$34 miliar atau Rp567,91 triliun. Kedua stablecoin ini menyumbang mayoritas kenaikan pasokan sepanjang tahun.

Menurut analis, kondisi tersebut menegaskan pandangan lama JPMorgan bahwa ekspansi stablecoin masih sangat bergantung pada aktivitas di dalam industri kripto. Dalam laporan mereka pada Juli lalu, JPMorgan menyebut sebagian besar permintaan berasal dari penggunaan stablecoin sebagai alat likuiditas dan jaminan dalam perdagangan kripto, termasuk derivatif, pinjaman dan peminjaman DeFi, serta sebagai penyimpan dana menganggur oleh pelaku industri seperti perusahaan modal ventura kripto.

Sepanjang 2025 saja, kepemilikan stablecoin oleh bursa derivatif meningkat sekitar US$20 miliar atau Rp334,04 triliun. Lonjakan tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas perdagangan kontrak berjangka, yang hingga kini dinilai masih menjadi motor utama pertumbuhan suplai stablecoin.

Akibatnya, JPMorgan memperkirakan pasar stablecoin akan terus berkembang, tetapi dengan laju yang lebih terukur. “Dunia stablecoin kemungkinan akan terus tumbuh dalam beberapa tahun mendatang. Hal ini sejalan dengan kapitalisasi pasar kripto secara keseluruhan, mungkin mencapai US$500 miliar–US$600 miliar pada 2028, jauh lebih rendah daripada ekspektasi paling optimis sebesar US$2 triliun–US$4 triliun.”

Dalam laporan Juli tersebut, JPMorgan sebelumnya memproyeksikan nilai pasar stablecoin sekitar US$500 miliar pada 2028. Bahkan pada Mei lalu, para analis menyebut proyeksi pasar stablecoin bernilai triliunan dolar dari sejumlah pihak sebagai estimasi yang “terlalu optimistis.”

Sebagai perbandingan, analis Citi memperkirakan pasar stablecoin dapat mencapai US$1,9 triliun pada 2030 dalam skenario dasar, dan berpotensi menembus US$4 triliun dalam skenario paling optimistis. Sementara itu, Standard Chartered memprediksi pasar ini bisa tumbuh hingga US$2 triliun pada 2028.

Meski penggunaan stablecoin untuk keperluan pembayaran terus meluas, JPMorgan mengingatkan bahwa adopsi tersebut tidak otomatis mendorong lonjakan kapitalisasi pasar. Menurut analis, ketika stablecoin semakin terintegrasi dalam sistem pembayaran, faktor kecepatan peredaran dan tingkat sirkulasi justru menjadi lebih krusial dibandingkan total pasokan yang beredar.

"Seiring meningkatnya adopsi pembayaran, aktivitas dan kecepatan on-chain kemungkinan akan meningkat, sehingga mengurangi kebutuhan akan jumlah stablecoin yang besar," tulis para analis.

Mereka mencontohkan, kecepatan peredaran tahunan USDT di blockchain Ethereum saat ini berada di kisaran 50 kali. Artinya, dalam skenario hipotetis ketika stablecoin digunakan untuk memfasilitasi 5 persen, atau sekitar US$10 triliun dari total volume pembayaran lintas negara global per tahun, jumlah stablecoin yang dibutuhkan hanya sekitar US$200 miliar.

Editorial Team