Jakarta, FORTUNE - PT Jasnita Telekomunindo Tbk (JAST) menutup 2024 dengan penurunan kinerja keuangan. Rugi bersih perseroan membengkak menjadi Rp7,41 miliar pada 2024 jika dibandingkan tahun sebelumnya Rp1,06 miliar.
Manajemen JAST mengungkapkan, naiknya kerugian bersih perseroan disebabkan oleh depresiasi aset, penerapan standar akuntansi PSAK 73 tentang sewa, serta penghapusan investasi dan penurunan cukup signifikan terhadap hasil keuangan perusahaan pada
"Faktor-faktor ini memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap hasil keuangan perusahaan pada kuartal IV," kata manajemen perseroan dalam keterangan tertulis, Senin (7/4).
Berdasarkan laporan keuangan JAST yang dipubilaksikan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (7/4), perusahaan mencatat pendapatan JAST kenaikan 9,7 persen dari Rp131,01 miliar pada 2023 menjadi Rp143,76 miliar pada 2024. Sejalan dengan itu, perseroan juga mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan dari Rp91,13 miliar menjadi Rp100,3 miliar. Meski demikian hal ini tidak membuat laba kotor terkoreksi, JAST masih mencetak pertumbuhan laba kotor sebesar 8,98 persen menjadi Rp43,46 miliar.
Pada 2024, beban usaha JAST meningkat drastis mencapai 37,6 persen dari Rp36,04 miliar menjadi Rp49,62 miliar. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menekan kinerja perusahaan. Akibatnya, rugi sebelum pajak mengalami lonjakan menjadi Rp5,25 miliar, padahal pada 2023, perusahaan masih mencatatkan rugi yang lebih rendah yakni sebesar Rp1,58 miliar.
Sepanjang 2024, Jasnita tercatat memiliki aset lancar sebesar Rp39,20 miliar, mengalami penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya yang mampu sebanyak Rp47,67 miliar. Sebaliknya, aset tidak lancar perusahaan justru meningkat dari Rp94,05 miliar menjadi Rp109,3 miliar. Ini kemudian mendorong total aset Jasnita naik 4,8 persen, mencapai Rp148,54 miliar.
Sementara itu, liabilitas perusahaan juga mengalami kenaikan sebesar 23,02 persen, dari Rp50,32 miliar menjadi Rp61,91 miliar pada 2024. Untuk ekuitas, perusahaan telekomunikasi ini mencetak nilai Rp86,63 miliar pada 2024, angka ini turun 5,5 persen dari Rp91,4 miliar pada tahun sebelumnya.