Jakarta, FORTUNE - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan memberlakukan pencatatan instrumen exchange-traded fund (ETF) dengan fitur multi kelas mulai 15 November 2025.
Bersama dengan itu, bursa memberikan insentif potongan biaya lisensi indeks sekitar 10 sampai dengan 50 persen bagi Manajer Investasi (MI) yang menerbitkan ETF dengan fitur multi kelas. Insentif itu berlaku selama periode uji coba (pilot project) inisiatif pengembangan itu, yakni kuartal-IV 2025 sampai dengan Desember 2026.
"Jadi nanti reksadana konvensional bisa dijadikan versi ETF-nya, sehingga dia tidak membuat produk baru, tapi dari reksadana yang sudah ada, dibikinkan ETF-nya," kata Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy selepas seremoni peluncuran 3 indeks co-branding BEI dengan S&P Dow Jones Indices, Senin (3/11).
Kepala Divisi Pengembangan Bisnis 2 BEI, Ignatius Denny Wicaksono, mengatakan, jika MI dapat menerbitkan ETF multikelas pada 2025, maka insentif pembebasan biaya penerbitannya mencapai 50 persen.
"Tapi kalau tidak bisa tahun ini, tahun depan misalkan, ya akan ada pembebasan fee juga, tapi disesuaikan persentasenya," kata Denny kepada Fortune Indonesia di kesempatan yang sama.
Lingkup kebijakan itu berlaku untuk indeks yang diterbitkan BEI ataupun yang diterbitkan dengan partner BEI. Irvan mengatakan, langkah tersebut merupakan upaya bursa meningkatkan likuiditas di pasar sekunder dan primer. Inisiatif itu juga berkaitan dengan menciptakan alternatif acuan produk investasi bagi investor di pasar modal.
Sejalan dengan itu, BEI juga baru saja merilis 3 indeks saham bersama (co-branded) dengan S&P Dow Jones Indices, yakni indeks S&P/IDX Indonesia ESG Tilted, indeks S&P/IDX Indonesia Shariah High Dividend, dan indeks S&P/IDX Indonesia Dividend Opportunities.
Ketiga indeks itu bertujuan memberikan tolok ukur bagi investor yang mencerminkan kinerja pasar Indonesia. Kolaborasi itu juga mencakup kerangka lisensi offshore, sehingga memungkinkan indeks BEI dilisensikan secara internasional. Dus, indeks-indeks tersebut dapat digunakan dalam produk berbasis indeks seperti ETF, reksa dana, dan produk terstruktur.
Managing Director, Client Coverage - Greater China and Southeast Asia S&P Global, Angeline Choo, menilai, pasar Indonesia memiliki kelebihan dari segi pertumbuhan tingkat pengembalian dividen. Itu tergambar dari data selama 10 tahun terakhir.
"Emiten-emiten Indonesia memberi dividen lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain. Mayoritas dari mereka membayarkan dividen dengan yield tahunan lebih dari 6 persen, bahkan lebih dari 10 persen," katanya.
