Jakarta, FORTUNE - Total penghimpunan dana melalui IPO saham di Indonesia selama paruh pertama 2024 menurun -22,14 persen (YoY) dibandingkan periode serupa pada 2023. Mengapa demikian?
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 28 Juni 2024 menyebut, penghimpunan dana IPO di enam bulan pertama ini membukukan total emisi Rp120 triliun, lebih rendah dari Rp154,13 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Hal itu sejalan dengan temuan Deloitte dalam Southeast Asia Mid-Year IPO Snapshot 2024. "Indonesia, yang memuncaki peringkat IPO ASEAN pada 2023, mengalami penurunan [IPO] signifikan pada semester I 2024, seiring dengan sikap wait-and-see investor dan calon emiten karena adanya pemilu di Februari 2024 dan antisipasi terhadap kebijakan ekonomi baru," demikian laporan Deloitte, dikutip Rabu (10/7).
Dari segi jumlah IPO, baru ada 25 emiten yang mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per akhir Juni 2024. Angka itu menurun dari periode yang sama pada 2023, dengan 44 emiten baru.
Begitu pula dengan kapitalisasi pasar yang terkoreksi senilai 92,18 persen (YoY) dari US$15,66 miliar pada paruh pertama 2023, menjadi US$1,23 miliar pada paruh pertama 2024.
Adapun, pada 2024 ini, OJK menargetkan penghimpunan dana di pasar modal senilai Rp200 triliun. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK), Inarno Djajadi yakin target itu akan tercapai.
Menurut Inarno, masih ada 79 emiten yang mengantre di pipeline pencatatan saham di pasar modal. Nilai indikatifnya berjumlah Rp11,08 triliun.