ilustrasi candlestick (pexels.com/AlphaTradeZone)
Jauh sebelum kejadian ini, saham GGRM sudah mengalami tren penurunan sejak Juli 2022. Mengutip Google Finance, harga GGRM terkoreksi 26,49 persen dalam enam bulan terakhir. Bahkan, sepanjang 2022, saham GGRM telah tergerus 27,38 persen.
Salah satu sentimen yang menghantui adalah daya beli masyarakat yang belum pulih secara menyeluruh. Ditambah, adanya kenaikan beban cukai. Menurut Analis BRI Danareksa Sekuritas, Natalia Sutanto, peningkatan beban cukai, PPN, dan pajak rokok senilai 10 persen (YoY) pada akhir Juni 2022 telah menekan margin kotor GGRM lantaran naiknya beban tak diikuti oleh peningkatan harga.
Pada awal September 2022, Gudang Garam mendongkrak harga ex-factory dari sejumlah produk utama. Tapi, Natalia memperhitungkan perseroan perlu meningkatkan harga GG International (12 batang) senilai 2,8 persen (atau Rp500 per bungkus) lagi. Begitu juga dengan GG Surya (16 batang), yang disarankan naik harga 7,7 persen lagi (atau Rp1.800 per bungkus). “Untuk bisa menutupi cukai 2022,” ujarnya dalam riset.
Pemerintah membidik pertumbuhan penerimaan cukai tahun 2022 senilai 9,5 persen (YoY). Sembari menunggu Permenkeu tentang tarif cukai pada 2023, otoritas menyatakan angka dasar penyesuaian tarif cukai tahun depan berada di rentang 8,7–9,7 persen.
“Dus, kami melhat ada kemungkinan besar bahwa cukai rokok akan menunjukkan peningkatan dua digit tahun depan, karena kami memperkirakan pertumbuhan 11,3 persen untuk cukai SKM,” katanya.