Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Menara Astra.
Menara Astra. (dok. Astra)

Intinya sih...

  • Astra International merealisasikan belanja modal sebesar Rp8,8 triliun hingga semester I 2025, yang mencakup 33,8 persen dari total capex tahun ini.

  • Capex digunakan untuk pembelian alat berat di lini bisnis kontraktor pertambangan, program replanting dan perawatan kebun di Astra Agro, serta pembelian mesin produksi di Astra Otoparts.

  • Pendapatan bersih konsolidasian Astra Interntioal pada semester I 2025 naik tipis 2 persen menjadi Rp162,9 triliun, sementara laba bersih Grup turun menjadi Rp15,5 triliun.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan konglomerasi, PT Astra International Tbk (ASII) merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp8,8 triliun hingga semester I 2025. Namin, realiasi tersebut mencakup 33,8 persen dari total capex yang dianggarkan tahun ini sebesar Rp26 triliun.

Wakil Direktur Astra International, Rudy, mengatakan dana tersebut sebagian besar telah terserap untuk pembelian alat berat di lini bisnis kontraktor pertambangan, yang masih menjadi salah satu pos belanja terbesar perseroan.

Selain itu, belanja modal juga disalurkan ke sektor agribisnis, khususnya melalui program replanting dan perawatan kebun (mill spot maintenance) di unit usaha Astra Agro. Di bidang otomotif, Astra menggunakan Capex untuk pembelian mesin produksi di Astra Otoparts, serta renovasi dan pembelian lahan baru bagi pengembangan jaringan cabang otomotif.

“Capex 2025 di awal tahun kurang lebih saat itu kami mencanangkan sebesar 26 triliun, namun melihat situasi dan kondisi yang ada saat ini, rasanya kami akan sesuaikan dengan yang seharusnya kami belanjakan, terlebih di tengah kondisi bisnis yang bisa dibilang cukup menantang,” kata Rudy dalam paparan publik virtual yang digelar Rabu (27/8).

Selain belanja modal, Astra juga merealisasikan investasi senilai Rp3,3 triliun hingga pertengahan 2025. Investasi ini difokuskan pada pengembangan aset gudang logistik modern dan sektor kesehatan.

Manajemen menambahkan, masih terdapat sejumlah proyek investasi lain dalam pipeline yang rencananya akan direalisasikan pada semester II 2025. “Nanti kami akan sampaikan lebih lanjut ketika proyek-proyek tersebut sudah mencapai tahap yang lebih matang,” ujar Rudy.

Pada semester I 2025, Astra Interntioal mencatat pendapatan bersih konsolidasian sebesar Rp162,9 triliun, naik tipis 2 persen jika dibandingkan semester pertama 2024. Kendati demikian, laba bersih Grup, tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp16,0 triliun, turun 4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Demikian juga jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih Grup menurun 2 persen menjadi Rp15,5 triliun.

Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari bisnis jasa penambangan, pertambangan batu bara, dan mobil. Sementara, kinerja positif dan resilient terlihat dari bisnis lain portofolio grup, dengan kontribusi yang lebih tinggi, khususnya dari segmen jasa keuangan, infrastruktur, dan agribisnis.

Djony Bunarto Tjondro, Presiden Direktur Astra International mengatakan kinerja Grup pada semester pertama tahun 2025 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, seiring dengan kondisi bisnis yang menantang.

“Grup memperkirakan bahwa dampak dari kondisi harga batu bara yang lebih rendah dan lemahnya pasar mobil nasional, dapat menyebabkan kinerja Grup yang relatif sama untuk sisa tahun ini,” katanya dalam keterangan tertulis dikutip Kamis (31/7).

ASII masih optimistis dengan ketahanan portofolio bisnisnya yang terdiversifikasi, dan berkomitmen untuk menjaga disiplin keuangan serta keunggulan operasional, sambil terus secara seksama mencari peluang pertumbuhan jangka panjang.

Nilai aset bersih ASII per saham pada 30 Juni 2025 naik sebesar 2 persen menjadi Rp5.385 dengan kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup mencapai Rp12,7 triliun pada 30 Juni 2025, dibandingkan Rp8,0 triliun pada 31 Desember 2024.

Editorial Team

EditorEkarina .