Berikut rekomendasi saham pada awal Februari 2025:
- Buy AADI (Entry 9450, Target 10450, Stop Loss <9100): Stabilnya harga batu bara Newcastle di 115 dolar AS per ton mendukung prospek PT Adaro Andalan Indonesia, dengan permintaan yang tetap solid meskipun pasokan global tinggi.
- Buy BRIS (Entry 2930, Target 3140, Stop Loss <2860): Lonjakan FDI 33,3% YoY khususnya di sektor hilirisasi dan kendaraan listrik mendukung prospek PT Bank Syariah Indonesia Tbk, dengan pertumbuhan pembiayaan kendaraan listrik yang pesat.
- Buy on Breakout GOTO (Entry 83, Target 89, Stop Loss <80): Meningkatnya inflasi Indonesia dapat mendongkrak daya beli, mendukung pertumbuhan transaksi di platform e-commerce Tokopedia dan layanan Gojek.
- Buy Reksa Dana Saham Premier ETF PEFINDO i-Grade (XIPI) (Entry 218, Target 230, Stop Loss <214): Lonjakan FDI dan kepercayaan investor asing pada ekonomi Indonesia berpotensi menguntungkan emiten peringkat investment grade, terutama di sektor perbankan, manufaktur, dan infrastruktur.
Rekomendasi saham-saham tersebut berdasarkan beberapa sentimen yang memengaruhi pergerakan IHSG selama sepekan lalu yang hanya berlangsung selama dua hari perdagangan. Equity Analyst Indo Premier Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi menjelaskan beberapa sentimen tersebut, yakni NBS Manufacturing PMI, Fed Interest Rate Decision, Foreign Direct Investment dan Core PCE.
Pertama, sentimen NBS Manufacturing PMI. PMI Manufaktur Cina pada Januari 2025 turun ke 49,1 dari 50,1 di Desember serta berada di bawah konsensus 50,1, menunjukkan kontraksi pertama dalam lima bulan. Penurunan ini dipicu oleh melemahnya aktivitas pabrik menjelang Tahun Baru Imlek, dengan output dan pesanan baru mengalami penurunan signifikan.
Imam menegaskan Cina adalah mitra dagang utama Indonesia, terutama untuk komoditas seperti batu bara, nikel, dan CPO. Pelemahan sektor manufaktur Cina disebut dapat mengurangi permintaan bahan baku dari Indonesia, berpotensi menekan harga dan volume ekspor.
Kedua, Fed Interest Rate Decision. The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,5% dalam pertemuan Januari 2025 yang sesuai ekspektasi pasar. Ketua The Fed, Jerome Powell menegaskan bahwa bank sentral tidak terburu-buru untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut dan ingin melihat kemajuan dalam pengendalian inflasi.
“Dengan suku bunga The Fed tetap tinggi, arus modal asing ke negara berkembang seperti Indonesia bisa terbatas karena investor tetap memilih aset berbunga tinggi di AS. Rupiah bisa menghadapi tekanan jika aliran dana asing keluar dari pasar obligasi dan saham,” jelas Imam dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (3/2).
Ketiga, Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia, di luar sektor keuangan dan migas, naik 33,3% (year-on-year/YoY) menjadi Rp245,8 triliun pada Q4 2024. Ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak Q4 2022, terutama didorong oleh investasi di sektor pemrosesan mineral.
Minat investor asing tetap tinggi di industri pertambangan dan pemurnian logam Indonesia, terutama setelah larangan ekspor bijih nikel yang bertujuan menarik investasi kendaraan listrik.
Negara asal FDI terbesar adalah Singapura, Hong Kong, dan Cina. Sepanjang 2024, total investasi langsung mencapai Rp1.714,2 triliun, tumbuh 20,8% YoY. Hal ini menunjukkan keberhasilan kebijakan hilirisasi dalam mendukung rantai pasok kendaraan listrik dan pemrosesan mineral.
Keempat, Core PCE. Pada Desember 2024, Core PCE naik 0,2% MoM, sesuai ekspektasi pasar, sedikit lebih tinggi dari 0,1% pada bulan sebelumnya. Secara tahunan, Core PCE tetap di 2,8% untuk bulan kedua berturut-turut, tetap di atas target 2% yang ditetapkan The Fed.