MARKET

IHSG Rawan Melemah, Dipicu Kekhawatiran Inflasi dan Harga Energi

Situasi global memicu suku bunga naik agresif

IHSG Rawan Melemah, Dipicu Kekhawatiran Inflasi dan Harga EnergiKaryawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
08 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan kembali melemah pada Selasa (8/3), setelah terkoreksi 0,85 persen ke level 6.869 pada penutupan perdagangan Senin (7/3). 

Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan mengatakan, IHSG  berpotensi melemah. Secara teknikal candlestick membentuk lower high dan lower low dengan volume yang cukup tinggi.

“Kenaikan harga komoditas masih akan mendorong penguatan terutama untuk saham sektor energi. Di sisi lain, hal ini berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi dan kenaikan suku bunga lebih agresif,” tulisnya dalam riset.

Dia memperkirakan IHSG akan bergerak di rentang support 6.835 dan 6.802, serta resisten 6.909 dan 6.950. Beberapa saham pertambangan dan energi dia rekomendasikan dipantau hari ini, di antaranya ADRO, ELSA, SMRA, SSMS, MEDC, PTBA, PWON, ASII, BRMS, PSAB, dan BABP.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, bependapat senada. IHSG diperkirakan melemah, meski peluang menguat tetap ada meski kecil. 

Potensi terjadinya stagflasi akibat langkah The Fed di tengah konflik Rusia dan Ukraina menjadi salah satu sentimen global yang memengaruhi pasar hari ini. Para investor dan pelaku pasar mencemaskan prospek pendapatan perusahaan yang berisiko menurun.

Selain itu, perang Rusia dan Ukraina telah memperparah volatilitas pasar pada pekan ini. Pasar energi dan keuangan global pun bergejolak seiring melonjaknya harga minyak dunia. 

“Dampak yang lebih mengkhawatirkan lebih kepada ketahanan energi di dunia. Saat ini, harga minyak Brent telah mengalami kenaikkan hampir US$140, dipicu oleh pernyataan Amerika yang mempertimbangkan akan melarang impor minyak dari Rusia,” jelas Nico dan tim, Selasa (8/3).

Dari pasar domestik, sentimen kenaikan harga bahan baku yang terjadi sejak awal 2022 pun turut memengaruhi laju IHSG—seiring dengan meningkatnya harga acuan minyak sawit mentah (CPO) sejak akhir 2021.

Kondisi geopolitik kian mendongkrak harga CPO sehingga pasokan diperkirakan masih akan mengetat di tengah melejitnya permintaan pasar dalam jangka pendek. Kenaikan harga bahan baku seperti mi instan, terigu, dan roti pun tak terelakkan. Alhasil, sejumlah sektor pun berpotensi terdampak, seperti ritel, industri, hingga perbankan.

"Dengan berbagai sentimen di atas, kami melihat tekanan terhadap harga bahan baku akan berlangsung dalam beberapa minggu ke depan,” katanya. "Jika terus berlanjut sampai menurunkan daya beli masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi bisa saja terpangkas."

IHSG akan terkoreksi terbatas dan bergerak di rentang 6.836–6.902. 

Potensi IHSG rebound terbatas

Analisis Binaartha Sekuritas Indonesia, Ivan Rosanoca mengatakan, IHSG hari ini berpotensi rebound karena masih tertahan oleh garis MA-5. Akan tetapi, indeks diperkirakan bakal melanjutkan fase koreksi dan menurun ke Fibonacci Retracement 38.2 di 6.816 karena MACD menunjukkan sinyal death cross.

“Level support IHSG berada di 6.816, 6.760 dan 6.704, sedangkan level resistennya di 6.937, 6.997 dan 7.030. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisi bearish,” jelasnya.

Di tengah risiko pelemahan, saham yang Ivan soroti pagi ini, yakni: BBCA, BBRI, PGAS, TOWR, dan UNTR.

Related Topics