MARKET

IHSG Diproyeksi Menguat Disokong Rilis Data PMI dan Cadangan Minyak

Investor juga tunggu data stok minyak.

IHSG Diproyeksi Menguat Disokong Rilis Data PMI dan Cadangan MinyakANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj.
06 April 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi kembali menguat, Rabu (6/4), setelah kembali berhasil menyentuh rekor tertinggi sepanjang masa di level 7.148,29 (+0,45 persen) kemarin, Selasa (5/4). Laju IHSG hari ini diprediksi masih akan terdorong oleh rilis data PMI serta cadangan minyak.

Sebelumnya, S&P Global melaporkan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Maret mencapai 51,3 atau naik tipis dibandingkan bulan sebelumnya 51,2. Meski demikian, kenaikan ini masih menandai aktivitas manufaktur RI masih berada pada level ekspansi. 

Selain itu, tren penguatan masih bakal disokong oleh musim panen dividen dan rilis kinerja keuangan emiten di pasar modal.

Dari pasar global, pemerintah Amerika Serikat berencana melepas cadangan minyak sebesar 1 juta barel dalam beberapa hari, menyusul kenaikan harga bensin dan kekurangan pasokan minyak akibat serangan Rusia ke Ukraina. Investor juga masih setia mencermati perkembangan perjanjian damai Rusia-Ukraina.

"IHSG hari ini bergerak di rentang 7.122 dan 7.097 serta resisten 7.160 dan 7.173," kata Analis Riset Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper Jordan dalam risetnya.

Saham yang menurutnya layak dipantau pada perdagangan haru ini di antaranya MNCN, ERAA, PTPP, INDY, UNVR, ADRO, ANTM, ASII, MEDC, TBIG, AKRA, dan EXCL.

Senada, Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova menilai, IHSG berpeluang menguat menuju resisten 7.188 sebagai target berikutnya; setelah menembus 7.128 dan menjaga momentum bullish.

“Level support IHSG berada di 7.040, 7.008 dan 6.978, sementara level resistennya di 7.188, 7.214 dan 7.284. Berdasarkan indikator MACD dalam kondisi bullish,” jelasnya.

Adapun sejumlah rekomendasi saham yang dapat menjadi pertimbangan investor, antara lain: BMRI, CPIN, ICBP, PTBA, dan SMGR.

IHSG hari ini didukung arus modal asing

Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.
Karyawan melintas di dekat layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (8/10/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/aww.

Di sisi lain, Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas, William Surya Wijaya menilai IHSG berpeluang kembali cetak rekor berkat naiknya arus modal asing secara masif untuk jangka waktu pendek.

“Ini menunjukkan antusiasme para investor terhadap pertumbuhan pasar modal Tanah Air,” ujarnya.

IHSG melaju di kisaran support 6.988 dan resisten 7.167. Sejumlah saham yang ia pantau, yakni: AALI, ASII, AKRA, JSMR, LSIP, SMRA, TBIG, dan UNVR.

Selain itu, sejumlah industri seperti ritel dan transportasi mendapatkan momentum positif di awal Ramadan. Tingkat konsumsi yang cenderung naik karena berpotensi mendongkrak sektor ritel domestik.

Sebagai gambaran, penjuallan ritel tahunan tumbuh 15,2 persen pada Januari 2022, tertinggi sejak empat bulan terakhir.

Apalagi, tahun ini perizinan mudik kembali terbit, sehingga industri transportasi seperti jalan tol juga akan diuntungkan. Jasa transportasi dan logistik turut memetik buah manis di tengah transformasi menuju ekonomi baru.

Berdasarkan sentimen tadi, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus memprediksi, IHSG hari ini akan menguat terbatas di kisaran 7.093–7.174. Saham pilihannya adalah ANTM, TBIG, dan JPFA.

Namun, IHSG juga rentan terkoreksi usai Gubernur The Fed, Lael Brainard berkomentar akan mempercepat rencana pengurangan neraca yakni pada Mei 2022.

Hal ini membuat pelaku pasar khawatir, adanya potensi tindakan agresif bank sentral untuk mengendalikan inflasi. Prospek Fed yang lebih hawkish menyebabkan awal tahun sulit untuk ekuitas dan khususnya untuk saham teknologi dan pertumbuhan yang valuasinya lebih ditekan oleh imbal hasil obligasi yang lebih tinggi. 

Related Topics