MARKET

Membedah Prospek Emiten Properti di Tahun Pemilu

Bagaimana prospek sektor emiten properti di 2024?

Membedah Prospek Emiten Properti di Tahun Pemiluilustrasi properti (unsplash.com/ Jacques Bopp)
23 January 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Di tengah peluang menurunnya suku bunga global pada 2024, bagaimana prospek sektor properti di tahun ini?

BRI Danareksa Sekuritas mencatat, mayoritas prapenjualan (marketing sales) pengembang properti mencatatkan pertumbuhan stabil di kisaran 0-2 persen di kuartal IV 2023. Penguatan terbesar dialami oleh PT Ciputra Development Tbk (CTRA), yakni 45 persen (YoY).

"Kami memperkirakan prospek penjualan yang lebih cerah pada 2024, yakni di kisaran 8-12 persen (YoY) dengan dukungan kelanjutan stimulus PPN dan LTV (loan to value)," kata Analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri Suweleh dalam risetnya, dikutip Selasa (23/1).

Pertumbuhan stabil prapenjualan para pengembang di tengah tantangan likuiditas yang ketat dan daya beli yang relatif lemah juga menjadi sentimen positif.

Kendati demikian, tetap ada risiko yang membayangi. Pertama, adanya potensi penundaan pembelian properti komersial karena sikap wait and see investor di tahun pemilu.

Bedah prospek tiap emiten properti

  • PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) 

PWON meraih prapenjualan senilai Rp339 miliar di kuartal terakhir 2024 (naik 2 persen, YoY). Dengan begitu, prapenjualan PWON sepanjang 2023 berjumlah Rp1,34 triliun, turun 11 persen (YoY), sejalan dengan perkiraan BRI Danareksa Sekuritas sebesar Rp1,4 triliun.

Lebih lanjut, prapenjualan kondominium PWON pada 4Q23, yakni Rp254 miliar, menunjukkan pertumbuhan positif (naik 3 persen, QoQ). Hal itu berbeda dengan kontraksi pada prapenjualan perkantoran dan residensial.

"PWON memberikan panduan prapenjualan 2024 sebesar Rp1,54tr (naik 15 persen, YoY), yang berasal dari 60 persen proyek bangunan berstruktur tinggi (high rise) dan 40 persen proyek rumah tapak," jelas Ismail.

Target harga PWON dari BRI Danareksa Sekuritas adalah Rp610 per Saham, dengan rasio price to earning (P/E) sebesar 9,4 kali; rasio price to book value (P/BV) 1,0 kali; dan ROE 10,8 persen.

  • PT Summarecon Agung Tbk (SMRA)

SMRA meraih prapenjualan senilai Rp1,4 triliun di kuartal IV 2023. Dus, selama 2023, total prapenjualan SMRA adalah Rp4,5 triliun, sedikit di bawah target perseroan, yakni Rp5,0 triliun.

Hanya tiga dari delapan proyek SMRA yang mencapai target 2023, yakni Bekasi (163 persen), Bogor (122 persen), dan Crown Gading (128 persen).

Ismail melaporkan, proyek SMRA di Serpong meraih penjualan senilai Rp242 miliar pada Desember 2023 saja, yang berkontribusi sebesar 5,3 persen (YoY) terhadap penjualan 2023.

Adapun, target harga SMRA dari BRI Danareksa Sekuritas adalah Rp1.000 per saham, dengan rasio P/E 12,6 kali; P/BV 0,9 kali; dan ROE 7,8 persen.

  • PT Ciputra Development Tbk (CTRA)

Dari segi prapenjualan, CTRA meraih rekor tertinggi dalam sejarah pada 2023, yakni Rp10,2 triliun. Angka itu melampaui target manajemen, yakni Rp9,7 triliun.

Katalisnya adalah peluncuran CitraGarden Bintaro di kuartal IV 2023, yang meraih penjualan lebih tinggi dari ekspektasi, yakni sebesar Rp720 miliar. Di sisi lain, prapenjualan Citra City Sentul mencapai Rp685 miliar, jauh lebih tinggi dari target yang hanya Rp400 miliar.

Di kuartal I 2024, manajemen memproyeksikan prapenjualan senilai Rp121 miliar dari CitraLand City Losari Makassar dan Rp600 miliar dari Cluster Eurya di Citra Garden Serpong.

BRI Danareksa Sekuritas membidik target harga Rp1.600 per saham. Dengan target rasio P/E 10,2 kali; P/BV 1,0 kali; dan ROE 10,7 persen.

Sementara itu, NH Korindo Sekuritas menetapkan target harga Rp1.300 per saham untuk CTRA. Dengan proyeksi rasio P/E sebesar 9,8 kali; P/BV 0,9 kali; dan ROE 9,3 persen.

Related Topics