MARKET

Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu/Dolar, Apa Dampak ke Ekonomi Nasional?

Depresiasi rupiah berdampak ke berbagai aspek ekonomi.

Rupiah Sempat Tembus Rp15 Ribu/Dolar, Apa Dampak ke Ekonomi Nasional?Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)
07 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Nilai tukar rupiah sempat menembus level Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS). Depresiasi terjadi karena ketidakstabilan ekonomi dunia, saat-saat investor lebih memilih menggelontorkan dana untuk instrumen safe haven.

Nilai tukar saat ini mengacu pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, yakni kurs referensi dari dasar transaksi perdagangan menggunakan valuta asing. Pada Kamis (7/7), rupiah menguat 14 poin ke level Rp14.985 per dolar AS pada pagi hari, dari level di penutupan perdagangan sebelumnya, yaitu Rp14.999.

Namun demikian, risiko pelemahan rupiah tetap diwaspadai. Fenomena depresiasi rupiah itu membawa dampak bagi perekonomian dalam negeri. Apakah itu?

Kenaikan harga impor

Pekerja menata daging beku impor asal India yang tiba di New Priok Container Terminal One (NCPT1), Jakarta, Sabtu (5/3/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/YU.

Menurut Analis Binaartha Sekuritas, Ivan Rosanova, depresiasi rupiah memengaruhi barang impor. “Baik untuk konsumsi maupun bahan baku produksi, seperti misal farmasi dan peternakan,” katanya kepada Fortune Indonesia, Kamis.

Depresiasi rupiah berdampak negatif terhadap pelaku usaha yang banyak mengimpor bahan baku dengan sistem denominasi rupiah.

“(Fenomena depresiasi rupiah) merupakan kerugian bagi perusahaan yang memiliki eksposur besar di impor, seperti industri farmasi yang 90 persen bahan baku merupakan impor, ini tentu sentimen negatif,” jelas Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus kepada Fortune Indonesia.

Artinya, akan terjadi peningkatan harga impor, sehingga berpotensi menekan jumlah produk asing di pasar domestik.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menambahkan, yang mengkhawatirkan dari naiknya harga impor adalah pengalihan beban ke konsumen.

Daya beli dan investasi melemah

Ilustrasi dokumen surat utang.
Dok. Shutterstock/Ktasimar

Related Topics