Jakarta, FORTUNE - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, membawa kabar positif dari lawatannya ke Amerika Serikat (AS). Kesepakatan perdagangan resiprokal Indonesia–Amerika Serikat atau Agreements on Reciprocal Trade (ART) dipastikan segera rampung dan siap disahkan oleh pemimpin kedua negara.
Hal tersebut disampaikan Airlangga saat berdialog dengan United States–ASEAN Business Council (USABC) di Washington DC, Senin (22/12). Airlangga menegaskan perundingan dengan United States Trade Representative (USTR) telah mencapai titik temu menentukan.
“Hasil pertemuan dengan USTR telah menyepakati isu-isu utama dan isu teknis yang menjadi substansi dalam dokumen ART. Karena itu, dokumen ART akan ditandatangani oleh Presiden Prabowo dan Presiden Trump sebelum akhir Januari 2026,” ujar Airlangga di hadapan para pelaku usaha AS, dikutip dari keterangan resmi, dikutip Rabu (24/12).
Dalam pertemuan dengan USTR Ambassador, Jamieson Greer, yang digelar pada hari yang sama, kedua negara menyepakati prinsip resiprokal. Indonesia berkomitmen memberikan akses pasar lebih luas bagi produk AS, menghapus hambatan non-tarif, serta memperkuat kerja sama di sektor perdagangan digital, teknologi, keamanan nasional, dan komersial.
Kemudian, AS berkomitmen memberikan pengecualian tarif (tariff exemption) bagi produk ekspor unggulan Indonesia yang tidak diproduksi di AS. Komoditas ini mencakup minyak kelapa sawit, kakao, kopi, teh, dan sejumlah produk lainnya.
Progres ini disambut positif oleh sekitar 20 perusahaan anggota USABC yang hadir, termasuk raksasa bisnis seperti Cargill, Freeport, Citi, Visa, hingga Dow Chemical. Kesepakatan ART dinilai sebagai sinyal kuat keseriusan pemerintah Indonesia menjaga iklim investasi yang stabil.
Selain membahas kesepakatan dagang, pertemuan tersebut juga dimanfaatkan pemerintah untuk menyerap aspirasi pelaku bisnis AS. Isu strategis yang dibahas meliputi deregulasi, aturan devisa hasil ekspor, hingga kendala operasional di lapangan.
Merespons hal tersebut, Airlangga menegaskan langkah konkret pemerintah dalam memperbaiki ekosistem bisnis melalui pembentukan satuan tugas khusus.
“Telah dibentuk Satgas Debottlenecking yang secara khusus ditujukan untuk menyelesaikan semua hambatan yang dialami dunia usaha di Indonesia,” ujarnya.
Dialog ini juga membedah peluang investasi baru pada sektor strategis, mulai dari alat kesehatan, keuangan digital, makanan-minuman, hingga alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Diskusi sektor ini melibatkan perusahaan spesifik seperti GE Healthcare, Chubb, PepsiCo, dan Lockheed Martin.
Turut hadir mendampingi Airlangga dalam pertemuan tersebut antara lain Duta Besar RI untuk AS Dwisuryo Indroyono Soesilo, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi dan Investasi Edi Prio Pambudi, Staf Khusus Rizal Mallarangeng, serta Asisten Deputi Irwan Sinaga.
