Angkutan Massal Kota Tak Intensif, Negara Bisa Rugi Rp100 T per Tahun

DKI Jakarta bisa jadi contoh intensifikasi angkutan massal.

Angkutan Massal Kota Tak Intensif, Negara Bisa Rugi Rp100 T per Tahun
Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, dalam konferensi pers, Rabu (2/11). (dok. Setkab)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pemerintah terus mendorong pengembangan dan pengadaan angkutan perkotaan. Pasalnya, jika angkutan massal secara intensif tak dijalankan, negara bisa mengalami kerugian hingga Rp100 triliun per tahunnya.

“Oleh karena itu, sangat beralasan dilakukan intensifikasi angkutan massal di semua kota. Baik itu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sudah ada, maupun mengerjakan dan membangun angkutan massal itu sendiri” kata Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, dalam keterangan pers usai rapat terbatas bersama Presiden, Rabu (2/11). .

Dalam upaya mewujudkan moda transportasi massal yang optimal, Presiden memnginginkan terdapat angkutan percontohan, untuk direplikasi di daerah-daerah lainnya. Salah satunya, seperti yang dilakukan di DKI Jakarta.

Jakarta jadi contoh representatif

Suasana Rapat Terbatas Kabinet, Rabu (2/11). (Tangkapan layar)

DKI Jakarta adalah salah satu kota yang memang representatif untuk dijadikan contoh bagi kota lainnya. Namun, hal ini memang harus terus diiringi oleh berbagai studi dan penyesuaian dengan kemampuan finansial di setiap daerah.

“Di sini sudah ada MRT [moda raya terpadu], sudah ada LRT (light rail transit), nanti ditambah, nanti ada BRT (bus rapid transit), dan ini menjadi suatu modal bagi Jakarta dan bagi kota-kota yang lain,” kata Menhub.

Merger MITJ dan KCI

Suasana di Stasiun MRT Bundaran HI. (dok. MRT Jakarta)

Salah satu yang menjadi perhatian Menhub adalah merger antara PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ) dengan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) untuk membangun transportasi massal yang lebih terintegrasi.

Menurut Budi, pengelolaan perkeretaapian perlu dilakukan oleh satu lembaga agar tidak ada tumpang tindih kebijakan. “Ini bukan akuisisi, tapi kita tidak bisa mengesampingkan yang sifatnya finansial dan hukum, sama-sama kita lakukan, due diligence,” katanya.

Menyambung LRT ke Stasiun Manggarai

Tampilan LRT Jabodebek. (Dok. PT KAI)

Menhub pun mengaku sepakat dengan usulan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono untuk menyambungkan LRT DKI ke Stasiun Manggarai yang diproyeksikan menjadi sentral perkeretaapian di Jakarta.

“Jadi, kalau ada lalu lintas tambahan dari Velodrom (Rawamangun) menuju Manggarai, jumlah penumpang yang akan ke luar kota maupun ke Bandara itu naik, sebaliknya mereka yang dari bandara ke Manggarai bisa forwarding dengan head way yang relatif singkat,” ujarnya.

Meski begitu, pihak Pemprov DKI Jakarta belum bisa memastikan kelanjutan proyek LRT fase 2A yang melintasi sekitaran Velondrom, karena pertimbangan anggaran. “Nanti kami lihat apakah itu bisa kami lanjutkan, kan bisa juga dilanjutkan oleh Gubernur periode berikutnya, periode 2024,” ucapnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M