Bahlil: Hilirisasi Buat Negara Berkembang Lebih Cepat jadi Negara Maju

Ekspor komoditas bisa naik berlipat dengan hilirisasi.

Bahlil: Hilirisasi Buat Negara Berkembang Lebih Cepat jadi Negara Maju
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, usai Rapat terbatas bersama Presiden, Senin (30/1). (Tangkapan layar)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam dan melakukan hilirisasi mampu lebih cepat menjadi negara maju.

Bahlil menyampaikan bahwa Indonesia saat ini sudah memiliki peta jalan hilirisasi dengan prototipe komoditas nikel. “Jadi, selama ini kita bicara hilirisasi, (tapi) peta jalan besarrnya belum ada. Alhamdulilah, kami tadi sudah laporkan dengan total investasi sampai dengan 2040, sebesar US$545,3 miliar. Tahapannya kami juga sudah bahas secara teknis,” ujarnya usai rapat terbatas dengan Presiden, Senin (30/1).

Bahlil menyebutkan bahwa peta jalan ini akan terbagi menjadi 8 bagian dengan 21 komoditas. Adapun prototipe hilirisasi komoditas nikel akan menjadi acuan untuk komoditas lain, mulai dari bauksit, timah, migas, sampai pada sektor lain, seperti perkebunan, pangan, sampai perikanan.

Hilirisasi jadi instrumen

Pembangunan proyek hilirisasi batu bara jadi Dimetil Eter (DME) di Muara Enim, Sumatra Selatan, diperkirakan mendatangkan investasi. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi)

Menurut Bahlil, ke depan Indonesia akan fokus kepada peningkatan nilai tambah dengan hilirisasi menjadi instrumennya. “Hal ini sekaligus sebagai tindak lanjut dari komunike bersama di G20, paragraf 37. Hilirisasi, nilai tambah, dan kolaborasi menjadi satu kesepakatan, dan kita harus sudah mempunyai peta jalan itu,” katanya.

Presiden Joko Widodo memerintahkan Kementerian Investasi menentukan prioritas dna langkah mendorong investasi saat ini. “Katakanlah sekarang kita menyetop nikel, kemudian bauksit, ke depan apa lagi? Seperti timah atau tembaga yang sebentar lagi,” ujarnya.

Dalam waktu dekat, Indonesia akan segera menyetop ekspor bauksit mentah yang dimulai dengan realisasi pencarian investasi untuk memberi nilai tambah pada bauksit. “Yang kedua tembaga, sebentar lagi, bulan Juli akan stop secara undang-undang. Kami sedang mencari formulasinya, bagaimana smelter-smelter yang belum selesai, contoh, di NTB dan Freeport,” ujarnya.

Konsistensi

Presiden Jokowi bertemu dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia beserta jajarannya, di Istana Merdeka, Senin (30/1). (dok. Setpres)

Menurutnya, Indonesia harus terus fokus dan konsisten pada hilirisasi untuk bisa menjadi negara maju. “Tidak boleh ada gerakan-gerakan tambahan. Kita harus sudah sadar secara kolektif,” ujarnya.

Meski demikian, Bahlil juga menyadari bahwa ada banyak pihak yang mungkin kurang berkenan dengan rencana hilirisasi dari pemerintah. “Ekspor barang mentah itu kan dapat duit cepat, tapi kalau hilirisasi kan butuh Capex (Capital Expenditure),” katanya. “Ini persoalan rakyat, bangsa, dan negara, dan kedaulatan negara kita untuk ke depan.”

Menguatkan banyak hal

Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini. (Tangkapan layar)

Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, menegaskan bahwa dalam kajian akademis, hilirisasi mampu memperkuat banyak hal di Indonesia, mulai dari ekspor, ekonomi, dan juga memperkuat anggaran yang bermanfaat bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

“Dengan dukungan hilirisasi komoditas, ekspor sudah dua kali lipat dibandingkan sepuluh tahun yang lalu. Ini menurut saya bagus dan perlu diteruskan, dari nikel, ke bauksit, timah, tembaga, emas, dan sebagainya. Indonesia ini kaya sekali akan sumber daya alam. Masalahnya, ya politik yang kadang-kadang menghambat itu,” ujar Didik.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M