Cina Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Hirup Pertama di Dunia

Vaksin hirup diyakini lebih efektif dari vaksin suntik.

Cina Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Hirup Pertama di Dunia
Ilustrasi vaksin covid-19 hirup. (CanSinoBio)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Cina menjai negara pertama di dunia yang menyetujui penggunaan vaksin hirup (melalui mulut) untuk mengatasi Covid-19. Vaksin tersebut diberi nama Convidecia Air.

Vaksin ini mengubah bentuk cair vaksin menjadi uap menggunakan alat nebulizer untuk kemudian dapat dihirup melalui mulut. Adapun materi vaksin yang digunakan sama dengan jenis vaksin yang disuntikkan oleh pabrikannya, CanSino Biologics (CanSinBIO) di Tianjin.

“Vaksin bebas jarum ini dapat secara efektif menginduksi perlindungan kekebalan komprehensif sebagai respons terhadap SARS-CoV-2 hanya dengan satu napas,” kata CanSino dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Fortune, Rabu (7/9).

Lebih efektif dari suntikan

Ilustrasi vaksin Covid-19 hirup melalui hidung. (Shutterstock/WESTOCK PRODUCTIONS)

CanSino menuliskan, vaksin jenis inhalasi (hirup lewat mulut) ini, lebih baik dari jenis vaksin suntik. Pemberian vaksin lewat hidung atau mulut dapat mempersiapkan sel-sel kekebalan dari selaput lendir tipis yang ada. Hal ini diyakini dapat mencegah penyebaran penyakit, karena virus terbunuh sejak baru memasuki tubuh, terutama di bagian mulut atau hidung.

Para ilmuwan berpendapat bahwa vaksin yang dihirup bisa jauh lebih efektif dalam menghentikan penyebaran infeksi dengan dosis yang jauh lebih rendah, untuk menghasilkan dampak yang sama dengan vaksin suntik.

Menurut uji klinis Fase III yang diterbitkan 23 Desember di jurnal The Lancet, vaksin yang disuntikkan 57,5 persen efektif untuk mencegah gejala Covid-19 dan 91,7 persen efektif untuk mencegah penyakit parah setelah empat minggu atau lebih, setelah dosis tunggal diberikan.

Sementara, melalui uji klinis lain pada 26 Juli di The Lancet, tingkat kekebalan yang dihasilkan oleh dua inhalasi vaksin yang terpisah 28 hari, mencapai sama dengan yang dihasilkan oleh satu suntikan intramuskular. Convidecia Air pun jadi vaksin jenis hirup pertama mendapat persetujuan untuk segera digunakan. Administrasi Produk Medis Nasional Cina menyetujui penggunaan vaksin ini sebagai booster.

AS berupa percepat vaksin inhalasi

Ilustrasi vaksin berbasis mRNA. (Pixabay/JFCFilms)

Efektivitas dan efisiensi vaksin hirup juga mencuri perhatian negara-negara lain, seperti Amerika Serikat. Wakil presiden eksekutif Scripps Research, Eric Topol, telah meminta pemerintah AS untuk mempercepat upaya mengembangkan vaksin inhalasi dan semprot hidung, karena dianggap lebih baik dari suntikan.

“Begitu (Omicron) masuk melalui mukosa hidung kita, atau mukosa mulut kita, saluran udara bagian atas, maka potensi infeksi akan berakhir,” kata Topol seperti dikutip Fortune.com. "Cara terbaik ... untuk menginduksi kekebalan mukosa tepat di saluran napas atas adalah dengan vaksin hidung atau oral.”

Prospek yang tak jelas

Vaksin Covid-19. (Pixabay/HakanGERMAN)

Fortune.com menuliskan, meski vaksin Covid-19 yang diimplementasikan melalui hidung atau mulut dianggap lebih efektif, namun secara bisnis, pasar bagi Convidecia Air dipandang agak jenuh. Hal ini pun menimbulkan penilaian bahwa prospek jenis vaksin hirup ini tak jelas.

Seperti diketahui, saat ini Cina sudah memberikan sekitar 3,4 miliar dosis vaksin kepada warganya. Jadi, kurang lebih 89,7 persen populasi Cina sudah menerima dua atau lebih suntikan vaksin Covid-19. Namun, pemerintah Tiongkok belum memperlihatkan transisi untuk ‘hidup bersama’ dengan Covid, seperti halnya yang dilakukan sebagian besar negara di dunia.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M