Demi Keberlanjutan, Ekonomi Sirkular Jadi Syarat Bangun IKN Nusantara

Ini momentum besar wujudkan kota sirkular berkelas dunia.

Demi Keberlanjutan, Ekonomi Sirkular Jadi Syarat Bangun IKN Nusantara
Desain Kawasan Istana Negara di Kalimantan Timur. (Instagram @nyoman_nuarta)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pembangunan Ibu Kota Baru (IKN) Nusantara akan dirancang menjadi kota percontohan yang mengandalkan konsep keberlanjutan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu upayanya, melalui penerapan ekonomi sirkular.

Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Medrilzam mengatakan untuk mewujudkan sebuah kota sirkular, harus dimulai dari tahap desain, mulai dari konstruksi hingga implementasi.

“Setidaknya ada tiga aspek besar yang jadi parameter ekonomi sirkular, pertama aspek bangunan, kemudian mobilitas, dan terakhir yang tidak kalah penting, tentunya aspek pendukung infrastruktur untuk pemukiman yang ada di sana,” ujar Medrilzam dalam diskusi FMB9ID bertema ‘Menyongsong Ibu Kota Negara Sirkular’, Kamis (28/7).  

Menurutnya, ekonomi sirkular adalah salah satu indikator pembangunan IKN Nusantara yang ingin dicapai dan melengkapi indikator lainnya, seperti luasan tutupan lahan hutan, serta Net Zero Emission (NZE). “Tujuan besarnya, memang ingin agar ekosistem Kalimantan ini tetap terjaga. Jadi, jangan karena ada IKN malah rusak semuanya, malahan sebaliknya dengan adanya IKN, kita bisa perbaiki kondisi ekosistem yang (mungkin) sebagian sudah terdegradasi,” katanya.

Konsep ekonomi sirkular

Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas. (Kementerian PPN/Bappenas)

Sebelum memahami konsep kota sirkular, para pihak yang terlibat dalam pembangunan perlu memahami esensi dari istilah tersebut. “Hal ini terkait dengan bagaimana sebuah sistem ekonomi itu mempertahankan produk yang dihasilkan selama mungkin dalam siklus produksi, konsumsi, sehingga sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan produk-produk tersebut, bisa kita kurangi penggunaannya,” katanya.

Bila produk atau bahan baku dalam siklus produksi hingga konsumsi bisa dipertahankan penggunaannya, limbah yang dihasilkan dan berdampak terhadap lingkungan juga dapat dikurangi.

Menurutnya, isu ini bukan hanya sekadar isu yang terkait sampah, namun lebih besar lagi dan bisa terkait dengan efisiensi sumber daya hingga upaya mempertahankan produk-produk dalam rantai ekonomi ini selama mungkin untuk dimanfaatkan. Semula, dunia mengenal konsep 3R–Reuse, Reduce, dan Recycle–namun, kini sudah berkembang menjadi 9R, dengan tambahan 7 poin lain, yakni Refuse, Rethink, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, dan Recover.

Pentingnya kota sirkular

Ilustrasi Circular Economy. (ShutterStock/Lemonsoup14)

Medrilzam mengatakan bahwa sebuah kota itu layaknya makhluk hidup yang butuh sumber daya dan menggunakan berbagai material yang ada untuk terus berkembang. Materialnya dapat berupa air, energi, bahan pangan, dan material lain yang berasal dari alam.

“Sayangnya, selama ini kota yang kita tinggali, pendekatannya lebih linear dengan menggunakan banyak material yang ada, mengambilnya, menghasilkan berbagai produk, kemudian dibuang. Akhirnya berakhir banyak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), kalau nggak ya di jalur air, bisa di laut, sungai dan sebagainya,” kata Medrilzam.

Berdasarkan data yang tersedia, kontribusi kota–urbanisasi–di seluruh dunia menyerap sekitar 75 persen penggunaan Sumber Daya Alam (SDA), bahkan 50 persen sampah global dihasilkan dari kota, dan 80 persen emisi global dihasilkan oleh wilayah perkotaan. IKN Nusantara perlu menjadi kota menerapkan ekonomi sirkular dalam konsep besar kota sirkular.

“Kota sirkular kita kembangkan dengan menerapkan dua prinsip besar, efisiensi sumber daya dalam kehidupan kotanya, termasuk bagaiman kita meminimalisasi limbah yang keluar dari sistem produksi yang keluar dari sistem perkotaan tersebut, sehingga kotanya,” ucap Medrilzam.

Sebuah momentum besar

Mobil melintas di jalan kawasan IKN. (ANTARAFOTO/Bayu Pratama)

Dalam mewujudkan kota sirkular di IKN Nusantara, pembangunan kota menurutnya harus lebih efektif dan efisien, dan dirancang dengan persiapan matang. “Kalau kota yang sudah eksis, tentu kompleksitasnya jauh lebih besar jika ingin kita ubah dari kota yang sifatnya linear city menjadi circular city,” katanya.

Sejalan dengan arahan dari Presiden Jokowi untuk menjadikan IKN Nusantara sebagai kota berkelas dunia bagi semua, maka saat ini adalah momentum besar bagi semua pemangku kepentingan di berbagai sektor, untuk mendirikan sebuah contoh kota masa depan sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia bisa membangun sebuah ibu kota yang menerapkan konsep kota sirkular.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Cara Cek Sertifikat Tanah secara Online, Tak Usah Pergi ke BPN
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Daftar Emiten Buyback Saham per Mei 2024, Big Caps!
Pabrik BATA Purwakarta Tutup, Asosiasi: Pasar Domestik Menantang