HWG G20 Identifikasi 5 Rekomendasi Pendanaan Kesehatan Global

Salah satunya pendanaan global untuk penanganan pandemi.

HWG G20 Identifikasi 5 Rekomendasi Pendanaan Kesehatan Global
Ilustrasi vaksin berbasis mRNA. (Pixabay/JFCFilms)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kelompok Kerja Bidang Kesehatan (Health Working Group/HWG) G20 telah mengidentifikasi lima rekomendasi pendanaan kesehatan global. Hal ini berkaitan dengan pencegahan, kesiagaan, dan respon menghadapi pandemi (prevention, preparedness, and response/PPR).

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, yang juga menjabat sebagai ketua Health Working Group G20, menyampaikan kelima rekomendasi tersebut, di antaranya pendanaan domestik, pendanaan global untuk negara berpenghasilan rendah-menengah, pendanaan global sebagai barang publik umum, pendanaan global untuk menangani pandemi, dan pendanaan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurutnya, pendanaan PPR harus memadai dan berkelanjutan. Untuk itu, diperlukan kerja sama antara para pengambil keputusan di lini publik maupun swasta. "Kami akan mencari opsi untuk menentukan kriteria penerima dana yang dapat memperkuat upaya untuk menemukan, mendeteksi, dan merespons kedaruratan kesehatan di masa depan,” ujarnya dalam dialog global CSIS, Rabu (27/4).

HWG akan lakukan identifikasi lainnya

Sekjen Kemenkes, Kunta Wibawa Dasa Nugraha, dalam CSIS Global Dialogue, Rabu (27/4). (Tangkapan Layar)

Selain kriteria penerima dana, negara G20 juga akan mengidentifikasi elemen-elemen kunci dalam arsitektur kesehatan global. Berikutnya, mengidentifikasi mekanisme pendanaan baru terkait kriteria penerima dan alokasi sumber daya. 

“Kolaborasi sektor kesehatan sangat penting untuk mengatasi potensi kesenjangan pendanaan, menciptakan mekanisme campuran pendanaan multilateral yang ada, dan mengeksplorasi mekanisme pendanaan baru yang dapat mendukung pencegahan dan kesiapsiagaan pandemi,” ujar Kunta.

WHO diharapkan lebih mempertegas perannya

Simbol World Health Organization (WHO). (Pixabay/Padrinan)

WHO dinilai perlu mempertegas perannya di dalam mekanisme pendanaan baru. Hal tersebut untuk mencegah terjadinya duplikasi dan fragmentasi dari mekanisme serupa.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian WHO, mengingat situasi global yang cukup mendesak karena pandemi. “Masih terdapat ketidakjelasan hubungan antara usulan mekanisme pendanaan yang terbentuk di luar kerangka kerja WHO dengan peran koordinasi pusat WHO,” tuturnya. 

Cakupan penguatan arsitektur kesehatan global

Ilustrasi sistem kesehatan dunia. (Pixabay/ar130405)

Penguatan arsitektur kesehatan global menjadi satu dari tiga isu utama yang diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia. Pemerintah mengemasnya dalam beberapa program dan inisiatif

Mobilisasi sumber finansial untuk pencegahan dan penangan pandemi, merupakan salah satu program yang diusulkan. Hal ini akan dicapai melalui berbagai kegiatan preventif, promotif, dan kuratif. Kemudian harmonisasi protokol kesehatan berstandar global juga jadi perhatian penting.

Berikutnya, adalah perluasan cakupan industri farmasi global untuk pencegahan dan persiapan dalam merespon ancaman pandemi. “Pendistribusian secara merata dan berkeadilan vaksin, pengobatan, diagnostik ke negara berkembang,” ujarnya. 

Selain itu, Indonesia juga mendorong transfer pengetahuan yang berkenaan mulai dari data hingga mekanisme riset antarnegara.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan