BI Ungkap 4 Strategi Atasi Scarring Effect Akibat Pandemi Covid-19

Forum G20 berperan penting menangani 4 isu prioritas ini.

BI Ungkap 4 Strategi Atasi Scarring Effect Akibat Pandemi Covid-19
Banyak perusahaan mempertahankan pegawai meskipun terkena efek pandemi Covid-19. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan ada empat isu prioritas yang perlu diperhatikan untuk mencegah dampak krisis berkepanjangan (scarring effect) akibat pandemi Covid-19 di seluruh dunia.

Keempat hal ini menurutnya adalah pengurangan pengangguran dan peningkatan kualitas tenaga kerja; realokasi modal untuk mengatasi stagnasi produksi dan investasi; keseimbangan upaya peningkatan produktivitas dengan kesiapan dalam situasi pandemi; serta pemanfaatan teknologi digital di berbagai lini.

“G20 memainkan peran penting mengatasi scarring effect, dengan mengkalibrasi kebijakan untuk mendorong produktivitas, memacu investasi, penguatan pasar tenaga kerja, dan mendukung relokasi modal,” ujar Perry seperti dikutip laman resmi Bank Indonesia, Kamis (10/3).

Perry menegaskan, keempat fokus utama ini perlu diperhatikan untuk mengatasi scarring effect dan menjaga pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Berikut ini adalah detail mengenai keempat isu dan strategi mengatasi dampak lanjut scarring effect. 

Peningkatan kualitas tenaga kerja

Peningkatan kualitas tenaga kerja dan pengurangan angka pengangguran menjadi  fokus perhatian pertama. Masyarakat dapat mengembangkan kemampuan baru, agar lebih kuat menghadapi berbagai kemungkinan situasi yang terjadi.

“Korporasi perlu menata ulang kerangka bisnis, struktur keuangan, pengelolaan, dan tentu saja pengadosian sistem digital untuk lebih maju lagi,” ujar Perry.

Realokasi modal

Dia juga mengungkapkan, realokasi modal juga diperlukan untuk mengatasi stagnasi produksi, operasional, dan mendukung investasi untuk meningkatkan produktivitas.

“Sistem perbankan perlu untuk memfokuskan kembali pemberian kredit pada sektor prioritas dan modal kerja, untuk lebih meningkatkan lagi kemampuan perusahaan untuk terus mengembangkan bisnisnya,” kata Perry.

Keseimbangan produktivitas dan pencegahan pandemi

Fokus ketiga, upaya menyeimbangkan antara dorongan pada produktivitas dan pertumbuhan, sekaligus memastikan kesiapan dan penccegahan pandemi Covid-19.

“Otoritas moneter dan fiskal perlu bersinergi untuk kebijakan yang dapat menciptakan stabilitas sistem keuangan dan investasi yang kondusif,” ucapnya.

Menurut Perry, sinergi ini juga dapat menciptakan efektivitas pada program perpajakan, meneruskan pembangunan infrastruktur, termasuk transformasi digital sebagai dasar pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

Pemanfaatan teknologi digital

Pemanfaatan teknologi digital di semua lini, oleh seluruh masyarakat menjadi isu priortas keempat yang menurutnya tak boleh ketinggalan. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan inklusi digital dan mengatasi kesenjangan digital.

“Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan literasi digital, mendorong adanya kompetisi, dan mengatasi hambatan investasi untuk meningkatkan konektivitas,” pungkas Perry.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M