Wastra Nusantara, Kain Tradisional yang Sarat Makna dan Mendunia

Wastra nusantara yang unik menjadi aset budaya Indonesia.

Wastra Nusantara, Kain Tradisional yang Sarat Makna dan Mendunia
Menkeu Sri Mulyani kerap mengenakan wastra nusantara di berbagai acara tingkat dunia. (ANTARAFOTO/Zabur Karuru)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Selama pelaksanaan G20 Indonesia, Menteri Keuangan Sri Mulyani kerap terlihat mengenakan blus wastra Indonesia yang sarat makna. Busana wastra yang dikenakan ini adalah simbol dari semua wastra nusantara. Lantas, apakah yang dimaksud wastra nusantara?

Mengutip wastraraya.com, Wastra merupakan sebuah istilah yang diambil dari Bahasa Sansekerta yang berarti kain. Menurut Kamus Mode Indonesia, wastra mengacu pada kain yang dibuat dengan cara apapun–termasuk rajutan dan kulit kayu–dan tidak harus dikembangkan secara tradisional. Bedanya dengan tekstil, tekstil cenderung mengacu pada tenunan mesin.

Dengan demikian, wastra nusantara berarti semua kain yang tidak dibuat dengan mesin dan tersebar di seluruh nusantara. Dengan keragaman suku di Indonesia juga mempengaruhi proses pembuatan ragam wastra nusantara yang memiliki teknik berbeda-beda dengan keunikannya masing-masing.

Dua kategori wastra

Ilustrasi seorang pengrajin tengah membuat kain tenun songket Sasak. Shutterstock/Gede Sudika Pratama

Secara garis besar, wastra nusantara bisa dibedakan jadi dua kategori, dilihat dari rancangan motifnya. Pertama adalah reka rakit atau yang berdasarkan desain struktur. Jadi, proses menghias kain dilakukan bersamaan pada waktu kain dibuat.

Contohnya yang biasa kita kenal adalah kain tenun. Kain umumnya dibuat dengan menenun benang-benang sekaligus membentuk motif yang akan menjadi hiasan akhir kain.

Jenis kedua adalah reka latar atau yang berdasar pada desain permukaan. Pada kategori kain jenis ini, pemberian hiasan dilakukan setelah kain selesai dibuat. Biasanya kain berkategori reka latar adalah kain yang dibuat dengan teknik batik, jumputan, sulam, maupun bordir.

Ragam cara pembuatan

Sejumlah pekerja menata kain sarung di industri kain sarung Asaputex, Tegal, Jawa Tengah, Senin (27/12/2021). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/hp.

Wastra nusantara sangat beragam, ada yang dibuat dengan teknik perintang warna menggunakan lilin malam. Jenis kain ini biasa kita kenal dengan sebutan batik dan tersebar di Jawa dan Bali, dan kini mulai diaplikasikan secara nasional.

Ada pula wastra yang dibuat dengan cara ditenun, seperti Ulos dari Sumatera bagian utara, Songket di Sumatera bagian tengah dan selatan, Poleng di Bali, dan berbagai kain tenun lainnya di Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan sekitarnya. Tenun sendiri memiliki banyak jenis, mulai dari tenun sederhana, tenun ikat, dan lain-lain.

Jenis wastra selanjutnya adalah yang dibuat dengan teknik jumputan, dan berkembang di Jawa Tengah dan Palembang. Di Kepulauan Sangir-Talaud, Sulawesi Utara, pada awal abad ke-20, pernah ada wastra yang dikembangkan dari bahan pelepah pisang. Sayangnya, untuk sekarang tradisi ini mulai jarang digunakan. 

Kain-kain tradisional di Indonesia ada pula yang diberikan motif dengan cara disulam atau dibordir. Contohnya kain sulaman usus dari Lampung yang disulam dengan tangan dan motifnya memang menyerupai bentuk usus. Kemudian dari Aceh ada kain kerawang khas Gayo yang dibuat dengan cara membordir motif-motifnya yang merupakan simbol petuah leluhur.

Pembuatan kain dari kulit kayu juga termasuk dalam kategori reka latar. Serat-serat kayu dikeluarkan lalu dimasak dan difermentasi. Hasilnya ini kemudian dipukul-pukul hingga rata menyerupai kertas. Setelahnya, kain dapat diberikan warna atau motif. Teknik ini dikembangkan dan masih dapat ditemukan di daerah Sulawesi Tengah sampai sekarang meskipun sudah terancam punah.

Jenis-jenis ini adalah beberapa contoh wastra yang populer di Indonesia, masih banyak jenis yang bisa kita telaah lebih dalam, namun tidak bisa hanya dari tulisan singkat semata. Dari sini kita bisa mengetahui bahwa kekayaan wastra nusantara tidak akan pernah bisa dibicarakan dengan tuntas dalam sebuah tulisan singkat saja.

Makna wastra nusantara

ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww.

Layaknya hasil kebudayaan lainnya, setiap wastra memiliki makna. Melansir halaman Wonderful Indonesia, berikut ini adalah beberapa contoh wastra asli nusantara yang memiliki makna cukup dalam tentang kehidupan.

  1. Ulos
    Ulos adalah wastra yang berasal dari Sumatera Utara, biasanya kain ini dibuat dengan cara yang sama dengan songket, yakni ditenun. Dari arti katanya, Ulos sendiri berarti selimut yang menghangatkan badan. Ulos memiliki beragam jenis, seperti ragi hidup, ragih otang, dan sibolang yang biasa digunakan sebagai selendang. Jenis ulos lainnya adalah ulos sadum angkola atau ulos godang yang biasanya diberikan pada anak dengan harapan dapat mendatangkan kebahagiaan dan berkat bagi keluarga.
  2. Batik
    Batik adalah salah satu warisan budaya tradisional Indonesia yang sudah masuk daftar warisan kemanusiaan UNESCO. Proses pembuatan yang rumit menjadikan batik sebagai salah satu karya bernilai seni tinggi. Batik sendiri dikenal berasal dari suku Jawa, namun sebenarnya banyak budaya lain yang membentuk seni fesyen tradisional ini, mulai dari Cina, Arab, bahkan Eropa. Meski demikian, batik sendiri memiliki makna yang cukup dalam sebagai simbol kehidupan. Contohnya, Batik Parang dari Yogyakarta yang menggambarkan kekuatan dan kepahlawanan.
  3. Tenun Ikat Flores
    Salah satu jenis kain tenun ini memiliki nilai seni yang cukup tinggi, selain proses yang rumit, untuk satu lembar kain tenun ikat membutuhkan sekitar 20 tahapan dan waktu yang panjang untuk membuatnya. Belum lagi, motif, corak, dan warna yang beragam, merepresentasikan beragamnya suku, adat, agama, dan kehidupan masyarakat Flores. Makna motof pun juga menarik, misalnya pola belah ketupat yang menggambarkan persatuan antara pemerintah dan masyrakat.

Demikianlah sekilas penjelasan tentang apa itu wastra nusantara. Dengan mengetahui hal ini, kini kita bisa lebih bijak lagi dalam menghargai kekayaan budaya Indonesia. Selain itu, produk-produk tradisional seperti wastra nusantara adalah sebuah aset penting bagi Indonesia yang menjadi kekuatan di mata dunia.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan