Jokowi Minta Pemimpin Daerah Gunakan APBD Untuk Kendalikan Inflasi

APBD berkontribusi besar pada ekonomi daerah.

Jokowi Minta Pemimpin Daerah Gunakan APBD Untuk Kendalikan Inflasi
Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan pada para kepala daerah, di Istana Negara. (dok. Setkab)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta para pemerintah daerah menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dalam  mengendalikan inflasi, imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). 

Menurutnya, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan telah mengeluarkan surat edaran terkait penggunaan APBD. 

“Disitu disampaikan 2 persen dari Dana Transfer Umum, artinya Dana Alokasi Umum (DAU) kemudian juga Dana Bagi Hasil (DBH), ini 2 persen bisa digunakan untuk subsidi dalam rangka menyelesaikan akibat dari penyesuaian harga BBM, 2 persen,” ujar Jokowi  dikutip di laman resmi Setkab, Selasa (13/9).

Penggunaan sebagian dana APBD dimungkinkan, mengingat realisasi APBD baru mencapai 47 persen. “Artinya, masih ada ruang yang sangat besar untuk menggunakan dana alokasi umum maupun belanja tidak terduga oleh provinsi, kabupaten, maupun kota,” katanya.

Untuk itu, Jokowi minta para pemimpin daerah tak ragu untuk gunakan APBD dalam mengantisipasi dampak dari kenaikan harga BBM dan inflasi. “Sudah ada Peraturan Menteri Keuangan dan juga SE dari Menteri Dalam Negeri. Payung hukumnya sudah jelas. Asal penggunaannya betul-betul digunakan dalam rangka untuk menyelesaikan persoalan,” ucapnya.

Bentuk bantuan yang bisa diberikan

Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan pada para kepala daerah, di Istana Negara. (dok. Setkab)

Jokowi menyampaikan bahwa bentuk bantuan yang bisa diwujudkan dari penggunaan APBD bisa beragam, seperti bantuan sosial (bansos). Hal ini terutama diarahkan kepada masyarakat yang memang membutuhkan bantuan.

“Nelayan misalnya, sehari-haru menggunakan solar, ini bisa dibantu dengan menyubsidi mereka. Ojek misalnya, ini juga menggunakan BBM, bisa dibantu dari subsidi ini. Juga UMKM, bisa juga dibantu dalam pembelian bahan baku yang naik karena kemarin ada penyesuaian harga BBM. Transportasi umum, juga bisa dibantu,” kata Presiden.

Jokowi optimistis upaya ini bisa berjalan dengan baik. Kbeijakan serupa pernah ia terapkan sewaktu menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Saat itu, ia menutup biaya transportasi dengan biaya tidak terduga yang diambil dari APBD. “Saat itu inflasi bisa kita turunkan sampai angka seingat saya 1,2 (persen),” ujarnya. “Artinya, ini bisa dilakukan.”

Kontribusi APBD pada pertumbuhan ekonomi daerah

Presiden Jokowi menyerahkan BLT BBM Perdana di Jayapura. (dok. Pos Indonesia)

Menurut Jokowi, kontribusi APBD pada pertumbuhan ekonomi di daerah itu sangat besar. Apalagi, akibat inflasi yang paling mematikan berkenaan dengan pangan, bahkan kontribusinya pada kemiskinan mencapai 74 persen.

“Begitu harga pangan naik, artinya di sebuah daerah kemiskinannya juga akan terkerek ikut naik, utamanya itu beras sebagai komponen utama. Jadi hati-hati, kalau harga beras di daerah Bapak-Ibu sekalian itu naik meskipun hanya 200 atau 500 perak, segera diintervensi,” ucapnya.

Maka itu, pemimpin daerah di Indonesia perlu berhati-hati dan melakukan langkah intervensi dituasi di lapangan, khususnya di kota/kabupaten yang inflasinya tertinggi, seperti Luwuk, Jambi, Kotabaru, Sampit, Tanjung Selor, Jayapura, Sintang, Bungo, Padang, dan juga Sibolga.

“Jadi hati-hati kalau harga beras di daerah Bapak, Ibu sekalian itu meskipun hanya Rp200 atau Rp500 (naik), segera diintervensi karena itu menyangkut kemiskinan di provinsi, di kabupaten, dan di kota Bapak, Ibu pimpin. Itu akan langsung bisa naik angka kemiskinannya,” tutur Presiden.

Urgensi pengendalian inflasi

ilustrasi inflasi (unsplash.com/Markus Spiske)

Upaya mengendalikan inflasi melalui APBD ini perlu sesegera mungkin dilakukan, karena kenaikan harga BBM memang tidak terhindarkan di tengah inflasi global yang terjadi. “Bahkan, di beberapa negara harga BBM sudah berada di angka; ada yang Rp17.000, ada yang Rp30.000, bahkan gas di Eropa sekarang ini sudah naiknya bisa lipat enam kali, ada yang tujuh kali,” katanya.

Jika subsidi BBM terus dilakukan, maka jumlahny akan terus membengkak hingga tiga kali lipat dan makin memberatkan APBN. Bahkan, bila kebutuhan BBM masyarakat semakin meningkat, subsidi BBM yang semula dialokasikan Rp152 triliun bisa membengkak hingga Rp700 triliun.

“Uangnya dari mana? Enggak mampu APBN kita,” ucapnya.

Related Topics

JokowiAPBDInflasi

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M