Kekalahan Inggris di EURO 2020 Berdampak Pada Pasar

Pasar London dirasa tidak akan lebih baik dalam waktu dekat.

Kekalahan Inggris di EURO 2020 Berdampak Pada Pasar
ShutterStock/Milenius
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kemenangan tim sepak bola Italia atas Inggris dalam final Piala Euro 2020, Senin (12/7), berdampak pada pasar saham dan beberapa perusahaan di London. Pada perdagangan Senin, indeks Financial Times Stock Exchange (FTSE) 100 turun sebanyak 0,8 persen sebelum dapat memulihkan kerugian. Sementara  di pihak Italia sebagai pemenang, FTSE MIB (indeks pasar Milan) naik 0,9 persen pada perdagangan sore.

Mengutip Fortune.com, kelemahan pasar London sebenarnya sudah bisa diprediksi. Laporan Goldman Sachs pada 2014 mencatat bahwa bursa lokal pada tujuh dari sepuluh negara runner-up Piala Dunia (sejak 1974) berkinerja buruk di pasar global selama bulan pertama setelah pertandingan hingga 1,4 persen.

Bahkan, laporan Goldman Sachs menunjukkan bahwa tiga bulan setelah pertandingan, pasar saham runner-up Piala Dunia ternyata diperdagangkan 5,6 persen lebih rendah dari pasar global. Sementara, bursa lokal negara pemenang biasanya mengungguli pasar global sebesar 3,5 persen di bulan pertama setelah final, meskipun kondisi ini secara perlahan memudar.

Dorongan pada Perekonomian

Penampilan baik tim Inggris di Euro 2020 sebagian tampaknya menjadi pendorong bagi perekonomian Inggris. Menurut penelitian Deutsche Bank AG, fans yang menghadiri pertandingan di London dan Glasgow setidaknya menghabiskan total belanja hingga 90 juta pound sterling.

Asosiasi Pub dan Bir Inggris pun memperkirakan sekitar 7,1 botol bir terjual pada hari Minggu saat final berlangsung. Bahkan, layanan pengiriman Deliveroo yang juga menjadi sponsor tim Inggris mendapati harga sahamnya naik 17 persen sejak pembukaan acara dan naik kembali 1,6 persen pada perdagangan Senin sore.

Menit-menit menegangkan dari penutupan pertandingan final pun membawa 30,95 juta penonton TV di Inggris. Angka yang dilansir BBC menunjukkan jumlah penonton ini merupakan yang terbesar sejak pemakaman Diana, Princess of Wales, pada 1997.

Namun, Peter Arnold, mitra di Ernst and Young (EY), mengatakan bahwa ledakan angka penjualan bagi jasa layanan dan taruhan ini takkan bertahan lama. Walaupun penampilan tim Inggris yang baik dapat mendorong penjualan di pub, bar dan pertokoan, Arnold mengatakan “pengeluaran sering dialihkan dari kegiatan lain dan dapat berumur pendek."

Kabar Buruk Setelah Pertandingan Usai

Aksi rasisme usai pertandingan menjadi kabar buruk. Tiga pemain Inggris yang gagal mengeksekusi tendangan penalti di final Euro 2021, yakni Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka, dirundung secara rasial di ranah virtual. 

Kejadian ini pun memicu berbagai reaksi, termasuk tagar #racistengland yang menjadi tren protes. Manajer tim Inggris, Gareth Southgate, Perdana Menteri Boris Johnson, serta Pangeran William pun turut bersuara mengutuk rasisme.

Aksi rasisme memang bukan hal mengejutkan dalam pertandingan sepak bola di Inggris. Kejadian ini acap kali berulang. Ketegangan diperparah dengan lonjakan angka konsumsi alkohol. Situasi yang mengikutinya kemudian menjadi lebih berbahaya serta tidak terkendali.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen