Kemenkes Dorong Pengembangan Industri Farmasi Hijau

Farmasi hijau bisa jadi peluang bisnis di sektor kesehatan.

Kemenkes Dorong Pengembangan Industri Farmasi Hijau
Ilustrasi obat herbal. (Pixabay/PhotoMIX-Company)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong pengembangan industri Green Pharmacy atau Farmasi Hijau untuk memperkuat arsitektur kesehatan nasional maupun global.

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia, mengatakan pemerintah sudah menyediakan Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan pada semester pertama 2022 di situs permintaan. “Kami menyelaraskan upaya untuk mendukung UKM untuk mengembangkan bisnis dan pasar mereka,” ujarnya dikutip dari kanal YouTube T20 Indonesia, Rabu (7/9).

Menurut Rizka, saat ini pemerintah terus mengembangkan penelitian sampai pemanenan bahan baku, demi standar kualitas produksi farmasi hijau yang mumpuni. Selain itu, pemerintah juga sudah menyediakan dana alokasi khusus bagi pemerintah daerah untuk menggunakan produk lokal dalam pemenuhan farmasi hijau.

Tantangan yang dihadapi

Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan Kemenkes, Lucia Rizka Andalusia. (Tangkapan layar)

Rizka menyebut, ada berbagai tantangan memang dihadapi Indonesia dalam penyediaan produk farmasi hijau, misalnya yang berupa obat-obatan herbal atau jamu. Menurutnya, dukungan keuangan sangat kurang, khususnya dalam penelitian tentang tes cepat molekuler dan pengobatan herbal.

Kemauan politik dan kapasitas untuk memantau keamanan produk, kata Rizka, juga kurang memadai. Terlebih dalam pengembangan sistem informasi, analisis, dan integrasinya ke dalam sistem kesehatan.

Hal ini menjadi ironis, karena Indonesia memiliki sekitar 143 hektare hutan tropis dengan 28.000 spesies tumbuhan, namun baru 32 ribu yang sudah dimanfaatkan. Dengan demikian, “Indonesia tetap menjadi pemain utama baru untuk farmasi hijau dengan produk jamu.”

Banyak negara mulai gunakan farmasi hijau

Ilustrasi pembuatan produk jamu. ANTARA FOTO/Irfan Anshori/hp.

Potensi pengembangan industri farmasi hijau di Indonesia pun cukup besar. Banyak negara di dunia, mengakui peran jamu dalam sistem kesehatan nasional mereka. “Di Cina, penggunaan obat herbal sudah mapan untuk tujuan kesehatan,” katanya.

Selain itu, 50-70 persen jamu sudah jadi resep resmi pengobatan di Jepang. “Obat herbal sangat populer. Penggunaan jamu oleh penduduk di Perancis mencapai 49 persen, Kanada 70 persen, Inggris 40 persen, dan Amerika Serikat 42 persen. Inilah kondisi pasar ekspor jamu ke depan,” ujar Rizka.

Manfaat positif bagi manusia dan lingkungan

Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Dexa Group, Raymond Tjandrawinata. (Tangkapan layar)

Dalam acara yang sama, Direktur Riset dan Pengembangan Bisnis Dexa Group, Raymond Tjandrawinata, mengatakan Farmasi Hijau sangat berpotensi menjadi industri yang menguntungkan dan bermanfaat positif bagi manusia dan lingkungan.

“Jika berbicara tentang Famasi Hijau, dalam jumlah besar, siapa yang akan mendapatkan keuntungan? Tidak hanya produsen, perusahaan, pasien, dan dokter, tetapi juga para petani yang memiliki kemampuan menanam (bahan baku) sesuai dengan praktik agrikultur yang baik,” katanya.

Penggunaan obat-obatan berbasik tanaman juga lebih aman terhadap lingkungan di Indonesia. Ia menyampaikan bahwa kini di Asia Tenggara, Indonesia termasuk dalam tiga peringkat terbawah dalam pengelolaan limbah besar obat-obatan.

“Untuk itu, perlu banyak memberikan perhatian dan edukasi kepada masyarakat yang tujuannya adalah kelestarian lingkungan,” ucapnya.

Related Topics

KemenkesFarmasi Hijau

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Saham Anjlok, Problem Starbucks Tak Hanya Aksi Boikot
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M