Pengangguran AS Ungkap Sulit Bekerja Akibat Masalah Kesehatan Mental

Kesehatan fisik dan mental menghalangi pencarian pekerjaan.

Pengangguran AS Ungkap Sulit Bekerja Akibat Masalah Kesehatan Mental
Ilustrasi pekerja. (Pixabay/coffee)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Studi McKinsey menyatakan, sekitar 15 persen pengangguran di Amerika Serikat (AS) menyatakan masalah yang mereka hadapi disebabkan oleh kesehatan mental. Jumlah tersebut naik 2 persen bila dibandingkan bulan Maret.

Mengutip laman Fortune, survei terhadap 5.000 masyarakat Amerika Serikat mendapati situasi pandemi mempengaruhi kesehatan mental mereka dan berdampak pada pekerjaan. Terkait pengangguran, kesehatan fisik dan mental merupakan penghalang terbesar dalam mencari pekerjaan. 

Saat ditanya alasan menganggur, 30 persen responden–naik dari 27 persen di bulan Maret–menyebutkan bahwa kesehatan fisik menjadi alasan. Mereka yang sama sekali berhenti mencari pekerjaan juga menyebut bahwa masalah kesehatan sebagai penyebab utama pengangguran.

Gejala yang menunjukkan memburuknya kesehatan mental

Selama pandemi, berdasarkan temuan McKinsey, sekitar 4 dari 10 orang dewasa di AS mengalami gejala kecemasan atau gangguan depresi. Hal ini memburuk, mengingat pada Januari hingga Juni 2019 menunjukkan hanya 1 dari 10 orang dewasa yang melaporkan gejala ini.

Gejala lain menunjukkan adanya perjuangan kesehatan mental selama pandemi. Lebih dari 10 orang dewasa melaporkan semakin sering menggunakan alkohol sejak Covid merebak. Kemudian, kematian karena overdosis juga meningkat dan sebagian besar disebabkan oleh opioid sintetik. Meningkat 30 persen dari 2019, sekitar 93.000 kematian karena overdosis terjadi pada tahun 2020.

Akses layanan kesehatan yang terjangkau, menurut survei, adalah penghalang terbesar bagi kesejahteraan masyarakat. Urutan selanjutnya adalah akses ke makanan bergizi. Lalu, 40 persen responden yang berjuang dengan akses ke perawatan kesehatan dilaporkan telah didiagnosis dengan masalah kesehatan mental dan gangguan penyalahgunaan zat.

Tingkat pengangguran pulih tapi jumlah yang kehilangan pekerjaan masih tinggi

Sebenarnya, tingkat pengangguran telah pulih dari lonjakan selama pandemi, kembali ke level terendah sebelum era Covid sebesar 4,2 persen dalam laporan pengangguran terbaru. Angka ini rupanya ikut meningkatkan optimisme di kalangan pekerja dan hampir setengahnya mengatakan bahwa pekerjaan yang baik tersedia bagi mereka, naik 7 persen dari Maret.

Namun, tidak semua orang berkembang. Jumlah orang yang kehilangan pekerjaan tetap masih lebih tinggi dibandingkan Februari 2020, tepat sebelum pandemi. Jumlah pengangguran jangka panjang–32 persen dari total pengangguran–mengalami sedikit perubahan.

Keuangan masyarakat yang mulai tertatih-tatih

Selain itu, McKinsey juga mendapati keuangan sebagian besar masyarakat AS mulai tertatih-tatih. Pada musim gugur ini, hanya 48 persen responden yang mengatakan bahwa mereka dapat menutupi biaya lebih dari dua bulan jika mereka kehilangan pekerjaan. Angka ini sedikit menurun dari 50 persen di bulan Maret.

Penurunan itu terjadi ketika inflasi mencapai level tertinggi dalam 40 tahun dan meningkatkan biaya hidup secara signifikan. Sementara, upah pekerja, tidak naik untuk dapat mengimbangi kenaikan harga barang-barang konsumsi.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M