Mengenal Istilah Depresi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya

Depresi ekonomi bisa sebabkan sebuah negara bangkrut.

Mengenal Istilah Depresi Ekonomi, Penyebab, dan Dampaknya
Ilustrasi depresi ekonomi. (Pixabay/mohammed_hassan)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Lebanon sedang berada dalam situasi depresi paling parah dan berkepanjangan di seluruh dunia, sampai harus membatasi penarikan uang warganya dari bank tempat mereka percaya menyimpan uangnya. Berkaca pada situasi tersebut, apa sebenarnya yang dimaksud depresi ekonomi?

Landx.id menuliskan bahwa definisi depresi ekonomi adalah kondisi di mana perekonomian suatu negara mengalami penurunan secara terus menerus dalam waktu empat kuartal atau lebih. Depresi juga disebut sebagai resesi ekstrem dalam jangka waktu lama dan tidak dapat diatasi.

Depresi ekonomi dapat membuat suatu negara mengalami kebangkrutan ekonomi dalam periode waktu yang cukup lama, bahkan hingga tiga tahun atau lebih. Adapun tanda terjadinya depresi ekonomi pada sebuah negara apabila Produk Domestik Bruto (PDB) negara tersebut mengalami penurunan lebih dari 10 persen. Selain itu, kondisi penurunan ekonomi atau resesi ini terjadi hingga lebih dari kuartal.

Hubungan antara krisis, resesi, dan depresi ekonomi

Ilustrasi resesi ekonomi global. (Pixabay/Elchinator)

Melansir emiten.com, krisis, resesi da depresi ekonomi saling terkait dan mempunyai hubungan tingkatan antara satu dan lainnya. Berawal dari krisis ekonomi yang diartikan penurunan kondisi perekonomian secara drastis dalam suatu negara.

Apabila krisis ekonomi berlanjut selama dua kuartal berturutan, maka kondisi tersebut bisa dikatakan sebagai resesi ekonomi. Sedangkan, bila terus berlanjut tanpa jeda sampai empat kuartal (satu tahun) atau lebih, maka kondisi itu dapat diartikan sebagai depresi ekonomi.

Penyebab depresi ekonomi

Depresi ekonomi. (Pixabay/Geralt)

Penyebab depresi ekonomi terbagi menjadi dua, yakni internal dan eksternal. Dalam kasus eksternal, depresi ekonomi disebabkan terjadi krisis dari luar negara tersebut yang berdampak pada menurunnya perekonomian negara itu, misalnya pandemi Covid-19 atau perang, seperti yang terjadi antara Rusia-Ukraina.

Sementara, untuk penyebab depresi ekonomi internal adalah berbagai krisis yang terjadi di dalam sebuah negara, misalnya penurunan pendapatan yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, jumlah pekerjaan yang tak seimbang dengan pengangguran, produksi kebutuhan yang menurun kemudian sebabkan barang langka, serta penumpukan utang negara atau perusahaan, yang berimbas pada kebangkrutan.

Baca jugaPengertian Ekonomi Mikro, Pahami Komponen serta Teorinya

Dampak depresi ekonomi

ilustrasi krisis moneter (unsplash.com/Markus Spiske)

Dampak dari depresi ekonomi, bisa menjadi contoh. Hal ini disebabkan menurunnya pendapatan negara yang menyebabkan negara tersebut berutang pada bank asing atau negara lain. Dalam titik jenuhnya, utang yang tidak bisa terbayar akan menyebabkan kebangkrutan ekonomi.

Penurunan ekonomi yang cukup drastis dan terus-menerus ini bisa dilihat dari kejatuhan nilai saham di negara tersebut, kebutuhan pokok masyarakat yang gagal terpenuhi, bangkrutnya perusahaan-perusahaan nasional, dan tentu saja ketimpangan sosial ekonomi yang bisa berlanjut pada situasi kacau di negara tersebut. Contoh lain dari dampak yang terjadi akibat depresi ekonomi adalah kekacauan yang melanda Sri Lanka beberapa waktu lalu, sampai negara tersebut dinyatakan bangkrut.

Related Topics

Depresi Ekonomi

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar OpenSea dengan Mudah, Lakukan 6 Langkah Ini
11 Bahasa Tertua di Dunia, Ada yang Masih Digunakan
GoTo Lepas GoTo Logistics, Bagaimana Nasib GoSend?
BTPN Syariah Bukukan Laba Rp264 miliar di Kuartal I-2024
Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia