Mengenal Wagner Group, Paramiliter Rusia yang Memberontak

Pemberontakan Wagner Group usai, tapi menyisakan dampak.

Mengenal Wagner Group, Paramiliter Rusia yang Memberontak
Konflik Rusia-Ukraina. (Shutterstock/Tomas Ragina)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Tentara bayaran yang disewa Rusia, Wagner Group, berbalik menyerang negara otu setelah menuding pihak Rusia menyerang pasukan mereka, Sabtu (24/6). Lalu, siapakah Wagner Group?

Menurut Politico, Wagner Group adalah kelompok pasukan bayaran dengan sekitar 5.000 personil dari resimen elit dan pasukan khusus Rusia. Umumnya, rekrutan Wagner Group adalah veteran tentara yang membutuhkan uang untuk bertahan hidup/

Meski ilegal di Rusia, namun mereka sudah terdaftar sebagai sebuah perusahaan sejak 2022, bahkan memiliki kantor di St Petersburg. Dengan demikian, saat ini Wagner Group bisa resmi disebut Private Military Company (PMC) atau tentara bayaran.

Wagner Group pertama kali teridentifikasi pada 2014 karena mendukung pasukan separatis pro-Rusia di Ukraina Timur. Selain itu, mereka juga pernah beroperasi di Suriah, saat mendukung pasukan pemerintah menjaga ladang minyak mereka. Kemudian, Wagner Group juga tercatat pernah beroperasi di Republik Afrika Tengah untuk menjaga tambang berlian, dan menjaga ladang emas di Sudan.

Wagner Group saat ini dipimpin oleh Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha kaya dengan julukan "koki Putin", karena kerap menyediakan katering untuk Kremlin. Ia menyebut pasukan paramiliter telah mengalami pertumbuhan eksplosif selama perang Ukraina, dengan puluhan ribu pejuang kini berada di bawah kendalinya.

Pelanggaran

Ilustrasi Konflik rusia-ukraina. Shutterstock/Tomasz Makowski

Menurut BBC, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bahkan pernah menuduh Wagner Group melakukan pemerkosaan dan perampokan pada warga sipil di Republik Afrika Tengah. Akibatnya, Uni Eropa pun menjatuhkan sanksi kepada mereka.

Selain itu, direktur intelijen di Komando Afrika Angkatan Darat AS, Laksamana Muda Heidi Berg, sempat menyebut Wagner Group menanam ranjau darat dan alat peledak rakitan, di Ibu Kota Libya Tripoli. "Penggunaan ranjau darat dan perangkap lainnya oleh Wagner Group mengorbankan warga sipil yang tidak bersalah," katanya.

Pemberontakan

Tinta merah dioleskan ke foto Presiden Rusia Vladimir Putin saat protes anti perang di luar Kedubes Rusia, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar terhadap Ukraina, di Bucharest, Romania, Sabtu (26/2/2022). ANTARA FOTO/Inquam Photos/Octav Ganea.

Menurut berita yang dilansir AlJazeera (24/6), pimpinan Wagner Group, Prigozhin, mengatakan "kejahatan" kepemimpinan militer Rusia harus dihentikan dan pasukan tentara bayaran Wagner akan memimpin ‘pawai untuk keadilan’ melawan militer Rusia.

Pada Sabtu (24/6), tentara Wagner Group pun memasuki kota Rostov-on-Don, Rusia selatan. Prigozhin mengatakan para pejuangnya merebut markas tentara di Rostov-on-Don "tanpa melepaskan satu tembakan pun" dan mengklaim mendapat dukungan dari penduduk setempat.

Hal ini ditanggapi Presiden Rusia, Vladimir Putin. Ia menyebut Prigozhin berkhianat dan ‘menikam dari belakang’. Helikopter militer Rusia menembaki konvoi tentara bayaran pemberontak yang sudah lebih dari setengah jalan ke Moskow dengan kecepatan kilat setelah merebut Rostov semalam.

Perundingan pun terjadi antara Putin dan Progozhin, dan menghasilkan kesepakatan bahwa Wagner Group setuju untuk meredakan situasi. Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan upaya pemberontakan oleh Wagner tidak akan mempengaruhi serangan militer di Ukraina.

Prigozhin dikabarkan akan pergi dan tinggal di Belarusia serta tidak ada tuntutan yang akan diajukan terhadapnya. Bahkan, tentara Wagner Group yang tidak berpartisipasi dalam pawai di Moskow akan ditawari kontrak militer oleh Rusia.

Kewaspadaan pasar minyak dunia

Tambang minyak dunia. (Pixabay/Matryx)

Meski insiden pemberontakan ‘dadakan’ ini sudah mereda, namun hal ini masih diwaspadai pasar global, terutama terkait pergerakkan komoditas minyak mentah, dan berpotensi kembali menaikan inflasi di seluruh dunia.

Setelah pemberontakan berhasil digagalkan, minyak mentah acuan US West Texas Intermediate dan minyak mentah berjangka Brent melonjak lebih dari 1 persen pada hari Minggu. Memasuki hari Senin (26/6), harga minyak memang turun, namun banyak analis mengatakan bahwa minyak berjangka dapat terus membukukan keuntungan akibat risiko geopolitik di Rusia.

Jorge Leon, wakil presiden senior di firma riset Rystad Energy, menulis bahwa risiko geopolitik dari ketidakstabilan internal di Rusia telah meningkat. "Kami cenderung melihat kenaikan marjinal harga minyak dalam beberapa hari mendatang, jika situasinya tidak semakin memburuk," katanya seperti dilansir dari Business Insider India (26/6).

Ketidakpastian geopolitik di negara-negara produsen minyak, seperti Rusia, bisa menambah tekanan naik yang signifikan pada harga minyak. “Meskipun aliran pasokan minyak tidak segera berubah," ujar Leon.

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Cara Membuat Akun PayPal dengan Mudah, Tanpa Kartu Kredit!
Cara Pinjam Uang dari BPJS Ketenagakerjaan serta Syaratnya
Gandeng Spotify, Boss Creator & Podkemas Asia Hadirkan PODFEST 2024
Stanchart Indonesia Tunjuk Rino Donosepoetro Sebagai Cluster CEO
Pengertian Google SGE, Fitur, dan Cara Mengaktifkannya
Impor Barang Konsumsi Januari-April 2024 Melesat 12,55%, Ini Pemicunya