Molnupiravir Dalam Negeri Diperkirakan Produksi pada Pertengahan 2022

Ada 2 produsen yang siap memproduksi, Amarox dan Kimia Farma

Molnupiravir Dalam Negeri Diperkirakan Produksi pada Pertengahan 2022
Kepala BPOM, Penny K Lukito, saat rapat dengar pendapat bersama DPR (18/1). (Youtube/Komisi IX DPR RI))
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Obat antivirus Covid-19, Molnupiravir, diperkirakan siap diproduksi secara nasional pada pertengahan 2022, menyusul dikeluarkannya izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA)) dari Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM).

Saat ini ada dua produsen yang siap memproduksi obat tersebut, yakni PT Amarox Pharma Global, anak perusahaan Hetero Labs Ltd, India dan PT Kimia Farma Tbk. 

Amarox akan memproduksi Molnupiravir dalam bentuk kapsul keras. Izin produksi sudah diperoleh dan saat ini perusahaan tersebut sedang membangun fasilitas produksi.

Kepala Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) RI, Penny K. Lukito mengatakan, pihaknya masih terus melakukan pendampingan, meski izin sudah dikeluarkan  “Surat keterangan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk Molnupiravir ini sudah keluar 3 Januari 2022,” katanya saat rapat dengar pendapat bersama DPR (18/1) yang disiarkan di YouTube.

Penny, terdapat ada beberapa tahapan lagi yang harus dilalui sebelum obat bisa diproduksi massal.  Setelah keluar CPOB, perusahaan farmasi harus melakukan uji stabilitas sekitar 3 bulan, persiapan fasilitas produksi, hingga mendaftarkan produk obat ke BPOM.

Didaftarkan BPOM

Meski jenis Molnupiravir buatan luar negeri sudah didaftarkan ke BPOM, namun menurut Penny, hal tersebut juga berlaku untuk produk Molnupiravir buatan dalam negeri, dikarenakan fasilitas produksi yang berbeda.

Dengan fasilitas produksi yang berbeda, maka ada potensi produk yang dihasilkan kualitasnya akan berbeda. Oleh sebab itu, perlu tahapan pendaftaran dan pemeriksaan kembali.

“Karena manyangkut pengawasan, evaluasi terkait mutu dari produk tersebut,” ujarnya.

Molnupiravir Produksi Kimia Farma

Penny menurutkan, PT Kimia Farma juga berencana memproduksi Molnupiravir. Bahkan, perusahaan sudah mengantongi lisensi medicines patent pool (MPP). Perusahaan saat ini sedang proses persiapan dossler dan fasilitas PQ WHO.

"Diharapkan pada Juni 2022 sudah dapat submit aplikasi ke WHO dan sudah bisa produksi,” katanya.

Menurut Penny, saat ini terdapat 5 industri farmasi yang sudah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) untuk produksi lokal, yakni Kimia Farma, Kalbe Farma, Novell, Amarox, dan Lapi.

“Tapi yang sudah aktif berproduksi dari lima industri farmasi tersebut adalah Kalbe Farma dan Kimia Farma,” ujarnya.

Dukungan Obat Covid

Penny mengatakan bahwa BPOM selalu mendukung penuh setiap kebijakan pemerintah di sektor kesehatan, selama pandemi terjadi. Produk-produk seperti vaksin maupun obat antivirus menjadi fokus utama BPOM, mengingat kebutuhan yang cukup tinggi di tengah masyarakat.

“Kebijakan BPOM sudah sangat mendukung, yang dikaitkan dengan tugas dan fungsi BPOM, yaitu aspek persyaratan keamanan, mutu, dan khasiat sebuah produk, mulai dari penelitian sampai pengembangannya, termasuk fasilitas produksi yang sesuai standar internasional,” kata Penny.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Saat Harga Turun, Edwin Soeryadjaya Borong Saham SRTG Lagi
Lampaui Ekspektasi, Pendapatan Coinbase Naik Hingga US$1,6 Miliar
Mengenal Apa Itu UMA pada Saham dan Cara Menghadapinya