8.302 Kasus ‘Omicron Siluman’ Terdeteksi di Indonesia, Ini Gejalanya

Gejala virus secara umum masih seperti varian Omicron.

8.302 Kasus ‘Omicron Siluman’ Terdeteksi di Indonesia, Ini Gejalanya
Ilustrasi Omicron. (Pixabay/BelnderTimer)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sebanyak 8.302 kasus Covid-19 sub varian BA.2 atau yang disebut 'Omicron Siluman' sudah terdeteksi di 19 provinsi di Indonesia. Virus tersebut bahkan sudah mendominasi kasus Covid-19 di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, mengatakan bahwa sub varian Omicron BA.2 mendominasi peningkatan kasus di beberapa negara.

"Beberapa negara kita amati dan pelajari laju penularannya, seperti di Hongkong, Korea Selatan, Inggris, yang kita ketahui mengalami peningkatan kasus perawatan karena adanya peningkatan varian baru Omicron, yaitu sub varian BA.2,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (15/3).

Berdasarkan pemeriksaan genome sequencing yang dilakukan sejak Januari pada sub varian Omicron, Nadia mengatakan vaksin Covid-19 yang beredar di Indonesia dipastikan masih efektif mencegah seluruh sub varian tersebut.

Gejala sub varian Omicron tidak lebih berat dari varian Delta

Secara umum, gejala yang ditimbulkan oleh Omicron dan sub variannya disebut hampir mirip dengan gejala Omicron sebelumnya, bahkan tidak lebih berat dibandingkan varian Delta.

Menurut Nadia, gejala klinis yang dialami oleh penderita sub varian Omicron–BA.1, BA.1.1, BA.2, atau BA.3–masih cenderung seperti flu biasa.

Adapun gejala yang banyak dikeluhkan oleh para penderita Covid sub varian Omicron ini di antaranya sakit tenggorokkan, batuk, pilek, dan badan linu atau terasa pegal.

Data karakteristik mutasi virus masih sangat terbatas

Sementara itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa memang terdapat beberapa varian virus yang terindikasi memiliki percampuran genetik antara Delta dan Omicron. Namun, data untuk mengenali karakteristik varian tersebut masih sangat terbatas.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyebutkan bahwa dampak jenis percampuran ini terhadap indikator epidemiologi maupun keparahan gejala belum dapat dipastikan dan masih terus diteliti.

“Selama virus masih beredar, apalagi dalam tingkat penularan yang tinggi, potensi terjadinya mutasi virus masih sangat besar. Perubahan virus ini dapat terjadi melalui berbagai mekanisme, salah satunya rekombinasi,” kata Wiku menjelaskan.

Indonesia sudah melewati masa puncak Omicron

Terlepas dari mutasi virus yang sedang dikhawatirkan di Indonesia, Wiku menyatakan, Indonesia sudah berhasil melewati masa puncak penularan varian Omicron. Hal ini ditunjukkan tren penurunan.

Selama tiga minggu berturut-turut, data penambahan kasus Covid-19 di Indonesia terus mengalami tren perbaikan. Sejak puncak tertingginya di pertengahan Februari, kini kasus positif mingguan turun hingga mencapai 64 persen.

Meski demikian, Wiku terus mengimbau semua pihak untuk tetap disiplin protokol kesehatan dan mempercepat vaksinasi secara lengkap, termasuk vaksin booster.

“Keberhasilan Indonesia mencapai puncak Omicron hanya dapat tercapai berkat upaya keras masyarakat yang tertib menerapkan kebijakan pengendalian yang telah dirumuskan oleh pemerintah,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

IDN Media Channels

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Mengenal Proses Screening Interview dan Tahapannya
Cara Mengaktifkan eSIM di iPhone dan Cara Menggunakannya
Digempur Sentimen Negatif, Laba Barito Pacific Tergerus 61,9 Persen
Perusahaan AS Akan Bangun PLTN Pertama Indonesia Senilai Rp17 Triliun
SMF Akui Kenaikan BI Rate Belum Berdampak ke Bunga KPR Bersubsidi