Membedah Perbedaan Rumah Komersil dan Rumah Subsidi

Sektor properti diperkirakan masih bergelora di tahun 2023.

Membedah Perbedaan Rumah Komersil dan Rumah Subsidi
ilustrasi rumah (unsplash.com/Harmen Jelle van Mourik)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Sektor properti diyakini akan tetap tumbuh positif, di tengah berbagai tantangan dan ancaman resesi tahun depan. Di antara berbagai jenis properti atau hunian,  dikenal istilah rumah subsidi dan rumah komersil. Apa perbedaannya? 

Pada dasarnya, rumah subsidi adalah rumah yang dijual dengan harga yang lebih terjangkau dari rumah komersil atau non-subsidi karena telah disubsidi oleh pemerintah. Sedangkan rumah komersil, merupakan rumah atau bangunan yang memang dibangun dan disediakan untuk masyarakat umum untuk tujuan komersil 

Berikut beberapa perbedaan antara rumah subsidi dan komersil sebagaimana dilansir dari situs  rumah123.com.

Pengertian

ilustrasi rumah (unsplash.com/Jacques Bopp)

Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk dari rumah komersil atau rumah subsidi. Semuanya tergantung pada tujuuan atau kemampuan individu yang membeli. 

Dari pengertiannya, Kementerian PUPR mendefinisikan rumah subsidi sebagai rumah yang dibangun dengan harga terjangkau yang diperoleh melalui skema KPR, baik secara konvensional maupun dengan skema syariah.

Sedangkan rumah komersil adalah rumah komersil adalah jenis hunian yang dibangun oleh pengembang  dengan fasad yang seragam, dan biasanya termasuk ke dalam model rumah klaster.

Harga rumah

Salah satu alokasi PEN adalah untuk perpanjangan insentif PPN DTP Perumahan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra

Perbedaan mendasar lain keduanya terdapat pada kualitas. Rumah komersil dapat menjadi opsi bagi mereka yang ingin memiliki hunian dengan kualitas yang lebih baik dari rumah subsidi. Hal ini karena bahan-bahan pembuatnya sudah pasti lebih baik dari rumah subsidi. Jadi, tak heran rumah komersil punya harga yang lebih mahal.

Kondisi ini juga memiliki sisi positif rumah subsidi yang lebih murah daripada rumah komersil, sehingga cocok bagi para milenial yang masih memiliki gaji di kisaran Rp5 juta.

Hal ini dijelaskan dalam Keputusan Menteri PUPR Nomor 242/KPTS/M/2020 yang mulai berlaku sejak 1 April 2020 dan menyebutkan jika penghasilan maksimal penerima subsidi KPR dipatok Rp8 juta untuk KPR Sejahtera Tapak dan KPR Sejahtera Susun.

Ukuran

ilustrasi rumah (unsplash.com/Paul Kapischka)

Dengan harga jual yang murah, rumah bersubdisi pun biasanya memiliki ukuran yang mungil. Dalam aturan di atas, disebutkan jika luas bangunan rumah subsidi berada di kisaran 21 m² sampai 36 m², dengan luas tanah antara 60 m² hingga 200 m².

Sedangkan rumah komersil, luas bangunan dan tanahnya beragam, namun sedikit lebih luas jika dibandingkan rumah subsidi.

Lokasi rumah

Ilustrasi kunci rumah. (Pixabay)

Rumah subsidi umumnya dibangun di daerah pinggiran yang jauh dari pusat kota, seiring harga tanahnya masih cukup murah.  Meski begitu, beberapa lokasi pembangunan rumah subdisi biasanya berdekatan dengan fasilitas transportasi massal, seperti kereta api. 

Sedangkan, rumah komersil rata-rata dibangun di lokasi yang strategis dan bahkan ada yang dibangun di pusat kota, memiliki banyak fasilitas umum, mudah dijangku dan memiliki banyak alternatif modal transportasi. 

Fasilitas Rumah

Pemandangan kolam renang di rumah mewah di Ardeche France Europe. Shutterstock/fokke baarssen.

Perbedaan rumah subsidi dan komersil selanjutnya adalah fasilitas rumah, meski keduanya punya fasilitas yang tak jauh beda. Rumah subsidi dan komersil sama-sama memiliki kamar tidur, kamar mandi, dan ruang tamu. Tapi, perbedaannya, yakni kelengkapan ruang dapur.

Hal tersebut memang disebabkan karena keterbatasan ruang, sehingga dapur rumah subsidi cenderung disediakan sederhana. Sedangkan rumah komersil bertujuan dijual dengan kondisi lengkap.

Renovasi rumah

Ilustrasi rumah. Shutterstock/Dariusz Jarzabek

Dengan harga yang lebih mahal, rumah komersil biasanya bisa direnovasi kapanpun dan seperti apapun, sehingga harga jualnya bisa naik.

Sementara itu, sesuai dengan peraturan yang diatur oleh pemerintah, rumah subsidi biasanya harus menunggu dua tahun untuk dapat direnovasi. Selama dua tahun pertama, pemilih rumah subsidi tidak boleh mengubah bentuk fisik rumah sedikit pun.

Inilah beberapa perbedaan antara rumah komersil dan rumah subsidi. Dengan memahami hal ini, maka kita bisa merencanakan pembelian dengan baik sesuai kemampuan dan kebutuhan yang dimiliki.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Paylater Layaknya Pedang Bermata Dua, Kenali Risiko dan Manfaatnya
Bidik Pasar ASEAN, Microsoft Investasi US$2,2 Miliar di Malaysia
LPS Bayarkan Klaim Rp237 Miliar ke Nasabah BPR Kolaps dalam 4 Bulan
Bukan Cuma Untuk Umrah, Arab Saudi Targetkan 2,2 Juta Wisatawan RI
BI Optimistis Rupiah Menguat ke Rp15.800 per US$, Ini Faktor-faktornya
Rambah Bisnis Es Krim, TGUK Gandeng Aice Siapkan Investasi Rp700 M