Mengenal Perbedaan Startup dan Korporat, Kantor hingga Budaya Kerja

Korporat dinilai lebih kaku dan startup lebih fleksibel.

Mengenal Perbedaan Startup dan Korporat, Kantor hingga Budaya Kerja
ilustrasi pegawai kantor (unsplash.com/Desola Sector 6)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Memasuki era digital, pekerja di Indonesia mengenal satu bentuk bisnis sekaligus perusahaan yang disebut startup. Sejak kemunculan banyak perusahaan rintisan di bidang teknologi, para pencari kerja pun mulai memiliki opsi baru tempat untuk bekerja, selain perusahaan dalam bentuk korporasi atau yang biasa kita sebut korporat. Lalu, apap perbedaan startup dan korporat?

Korporat dalam bahasa Indonesia berarti suatu badan atau perusahaan yang didirikan oleh sekelompok orang beroprasi dengan hukum yang jelas. Oleh sebab itu, segala sesuatu yang berlaku di korporat pasti memiliki dasar hukum, termasuk sanksi atas pelanggaran yang dilakukan pekerjanya.

Terkait modal, biasanya sumber dana berasal dari kantong pribadi yang dijual ke pihak luar dalam bentuk saham. Para pemegang saham tersebut akan memiliki hak atas kepemilikan perusahaan dan mendapatkan deviden atau pembagian keuntungan sesuai hal yang sudah disepakati. Karena terikat dengan peraturan hukum yang jelas, maka kestabilan operasional pun jadi salah satu keunggulan korporat.

Sementara, startup juga merupakan perusahaan atau bisnis tertentu, namun masih dalam status rintisan. Berbagai hal yang ada dalam perusahaan jenis ini biasanya masih terus dikembangkan dengan improvisasi yang dilakukan secara bertahap. Biasanya, istilah ini menrujuk pada perusahaan-perusahaan di bidang layanan yang berbasis teknologi.

Selain itu, target pasar perusahaan startup biasanya belum baku dan masih bisa fleksibel untuk dikembangkan. Karena sifatnya yang dinamis, maka perusahaan startup diisi oleh para pekerja yang berusia muda, dengan karakter yang relatif idealis serta semangat yang berapi-api.

1. Jam kerja

Shutterstock/Pressmaster

Kestabilan korporat membuat perusahaan ini memiliki aturan yang baku dan mengikat. Korporat umumnya memiliki sejumlah sanksi bagi karyawan yang melanggar, seperti pemotongan uang makan hingga gaji pokok. Para pekerja dituntut untuk masuk sesuai jadwal, namun berhak juga untuk pulang sesuai jadwal.

Sementara, startup yang lebih fleksibel biasanya juga memiliki aturan jam kerja yang lebih longgar dan tidak baku. Apalagi, fokus dari perusahaan rintisan biasanya adalah goals, bukan aturan-aturan penyertanya. Tapi, karena aturan jam kerja yang fleksibel, maka penugasan yang diberikan pada pekerja terkadang juga tidak melihat jam kerja.

2. Budaya kerja

Ilustrasi perempuan pebisnis. (Pixabay/089photoshootings)

Definisi korporat yang menunjukkan adanya dasar hukum serta aturan yang jelas mencerminkan, perusahaan ini juga punya budaya yang relatif kaku, dengan jalur birokrasi dan hirarki jabatan yang jelas.

Hal ini pun akan mempengaruhi sosialisasi di dalam perusahaan yang umumnya memiliki hirarki, penuh penghormatan junior kepada senior, serta perilaku hormat kepada atasan. Situasi ini justru seringkali membuat para pekerja menjadi lebih individualistis.

Berbeda dengan startup yang biasanya jauh lebih fleksibel, seolah tanpa hirarki jabatan, meski struktur tetap ada. Sekat antar jabatan sangat tipis, sehingga hubungan antara atasan bawahan terasa lebih informal dan terkesan santai. Dalam situasi tertentu, kondisi tidak menguntungkan karena memungkinkan banyak terjadi perselisihan antara atasan dan bawahan.

3. Tempat kerja

Ilustrasi Startup/ Shutterstock wowomnom

Korporat cenderung memiliki tempat kerjanya pun cenderung tersekat-sekat, kaku, dan seolah memberikan jarak antar karyawan dan antara jabatan. Namun, hal ini juga ditujukan agar para pekerja bisa lebih fokus dalam mengerjakan tugas-tugasnya.

Sedangkan, di lingkup startup, lingkungan kerjanya lebih terbuka dengan hubungan yang hampir tidak berjarak antar karyawan. Dengan demikian, kreatifitas dan komunikasi pun akan berkembang dengan sangat baik. Namun, para pekerja harus mencari cara masing-masing, bila suatu waktu membutuhkan ketenangan untuk mengerjakan tugasnya.

4. Gaji

ilustrasi uang (unsplash.com/micheile dot com)

Dalam hal ini, korporat sebenarnya lebih unggul dengan sistem yang jelas dan aturan yang mengikat. Para pekerja pun berhak menuntut dengan dasar yang kuat bila terjadi perkeliruan dalam sitem pengupahan. Biasanya, gaji, upah lembur, tunjangan, sampai jenjang kenaikan gaji, sudah disusun dengan baik sesuai sistem dan perhitungan yang baik.

Pada startup, sebagai perusahaan rintisan, tentu gaji adalah hal yang masih tergantung pada kemempuan finansial organisasi. Meski demikian, tak berarti gaji di startup kecil. Jika perusahaan sudah besar dan mendapat beberapa kali suntikan modal, maka pekerja dimungkinkan mendapat gaji yang besar.

5. Pakaian

ilustrasi kantor BUMS (unsplash.com/Alex Kotliarskyi)

Dalam hal aturan berpakaian, korporat biasanya lebih ketat dan formal. Perusahaan umumnya mewajibkan para pekerjanya menggunakan celana bahan, kemeja, dan sepatu formal dalam kesehariannya. Meski demikian, ada juga beberapa korporat yang sudah lebih fleksibel dalam hal pakaian kerja karyawan.

Sebaliknya, startup biasanya membebaskan para pekerjanya menggunakan pakaian kerja yang lebih santai, walaupun norma kesopanan tetap harus terjaga. Paling tidak, pekerja diberi kebebasan untuk menentukan pakaian yang nyaman bagi mereka dalam melakukan pekerjaannya, seperti kaos, celana jeans, dan sneakers misalnya. Bahkan, ada beberapa startup yang membolehkan pekerjanya menggunakan celana pendek dan sendal untuk bekerja.

Demikianlah beberapa hal yang menujukkan beda startup dan korporat. Dengan mengetahui hal ini, maka kini kita bisa lebih bijak lagi memilih jenis perusahaan mana yang lebih cocok dengan karakteristik. 

Magazine

SEE MORE>
Chronicle of Greatness
Edisi April 2024
[Dis] Advantages As First Movers
Edisi Maret 2024
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023

Most Popular

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus tapi Iuran Tetap Beda, Seperti Apa?
TDS 3 in Jakarta: NCT Dream, Sebuah Ikon Pertumbuhan
IBM Indonesia Ungkap Fungsi WatsonX Bagi Digitalisasi Sektor Keuangan
Ulang Tahun ke-22, Starbucks Indonesia Donasi Rp5 Miliar ke Gaza
Perkuat Ekosistem Kuliner Jepang, J Trust Gandeng Kushikatsu Daruma
Saat Bos Starbucks Bicara Persaingan dengan Brand Kopi Lokal